Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Lampaui Batas Kesepakatan Pengayaan Uranium

Iran menyatakan pada Minggu (7/7/2019) akan menaikkan level pengayaan uranium melampaui level yang disepakati untuk memproduksi pembangkit listrik.
Tambang uranium./iaea
Tambang uranium./iaea

Bisnis.com, DUBAI – Iran menyatakan pada Minggu (7/7/2019) akan mengurangi lagi komitmennya kepada perjanjian nuklir tahun 2015 dengan kekuatan-kekuatan dunia, menaikkan level pengayaan uranium melampaui level yang disepakati untuk memproduksi pembangkit listrik.

Pengumuman tersebut, yang mengonfirmasi apa yang dilaporkan oleh Reuters pada Sabtu (6/7/2019), mengisyaratkan tantangan yang berkembang terhadap peningkatan tekanan sanksi-sanksi Amerika Serikat.

Dalam satu jumpa pers, para pejabat senior Iran mengatakan Teheran akan terus mengurangi komitmennya tiap 60 hari jika para penandatangan perjanjian itu tidak tergerak melindunginya dari sanksi-sanksi AS, tetapi mereka membiarkan pintu terbuka untuk diplomasi.

Sebelum perjanjian itu disepakati, Iran memproduksi uranium yang sudah diperkaya 20 persen untuk membangkitkan reaktornya di Teheran dan level pengayaan bagi pembangkit tenaga nuklir Bushehr, di bagian selatan Iran, sebanyak 5 persen.

"Kami akan memperkaya uranium berdasarkan kebutuhan kami...saat ini kami tidak perlu memperkaya uranium yang diperlukan bagi reaktor Teheran," kata Behrouz Kamalvandi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran. "Kami akan memperkaya uranium ke level yang dibutuhkan bagi reaktor Bushehr."

Dalam sebuah isyarat ada peningkatan kekhawatiran Barat, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia dan Presiden Iran Hassan Rouhani sudah sepakat mengupayakan dimulainya kembali dialog mengenai masalah nuklir Iran pada 15 Juli.

Kantor Macron menambahkan bahwa ia akan terus berbicara dengan pihak berwenang Iran dan pihak-pihak terkait lainnya untuk "terlibat dalam upaya-upaya menurunkan ketegangan mengenai isu nuklir Iran."

Hubungan antara Teheran dan Washington makin tegang dan mulai memburuk pada Mei 2018 ketika Presiden AS Donald Trump menarik dari dari perjanjian nuklir 2015 yang disetujui sebelum ia menjadi presiden, dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper