Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah tokoh muslim akan kembali menggelar Ijtima Ulama di Hotel Lorin Sentul Bogor pada Rabu (1/5/2019).
Dalam Ijtima Ulama ketiga ini akan dibahas soal kecurangan yang terjadi di pemilihan presiden 2019.
Penanggung jawab Ijtima Ulama ke-3, Muhammad Yusuf Martak, mengatakan ijtima ini digelar karena mereka melihat adanya kecurangan pilpres secara terstruktur, sistematis, dan masif.
"Maka Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional 3 adalah keniscayaan untuk memimpin umat Islam melawan kezaliman dan kecurangan dengan cara syar‘i dan konstitusional," kata Yusuf dalam konferensi pers di Tebet, Jakarta Selatan, Senin (29/4/2019).
Yusuf mengatakan tujuan dari ijtima ini adalah memberi arahan kepada rakyat Indonesia dalam menyikapi kecurangan pilpres 2019. Ia berharap rakyat memiliki pedoman yang benar dalam bersikap.
Ada tiga agenda utama yang akan dilakukan dalam ijtima kali ini.
Baca Juga
Pertama, mendengarkan paparan mengenai pilpres 2019 dari tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno serta relawan pendukung pasangan nomor 02.
Kedua, mendengarkan paparan dari ahli di bidang hukum, tata negara, politik, dan informasi teknologi.
Ketiga, Yusuf menambahkan, ijtima akan membahas mekanisme legal konstitusional dan syar‘i dalam menghadapi kecurangan dalam pilpres.
Terkait alasan mengapa hanya kubu Prabowo-Sandiaga yang diminta melakukan paparan, kata Yusuf, mereka dinilai kubu yang paling dirugikan.
"Karena yang merasa dirugikan dan menerima kecurangan-kecurangan itu, adalah paslon nomor 02," kata Yusuf.
Sebelumnya, dua kali Ijtima Ulama sudah digelar. Ijtima Ulama pertama, yang berlangsung 27-29 Juli 2018, merekomendasikan Ketua Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Mereka juga merekomendasikan dua tokoh Islam sebagai calon wakil presidennya.
Pasca-dipilihnya Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo, Ijtima Ulama kedua pun menerima keputusan itu. Ijtima kedua ini juga menelurkan 17 poin pakta integritas yang ditandatangani oleh Prabowo.