Bisnis.com, TANGERANG – Presiden Prabowo Subianto menyoroti masih rendahnya konsumsi protein masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga.
Prabowo menyebut rata-rata konsumsi protein masyarakat Indonesia baru mencapai 62 gram per orang per hari, kalah dari Filipina yang sudah 93 gram, dan jauh tertinggal dari Malaysia yang mencapai 159 gram.
“Ini artinya protein telur, daging ayam, daging sapi, dan ikan harus kita kejar. Dan inilah antara lain melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mau kita pacu,” ujarnya.
Menurut Presiden, program MBG menjadi instrumen utama untuk meningkatkan gizi dan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini.
Dia menjelaskan, pemerintah telah menyalurkan anggaran besar untuk mendukung program tersebut hingga ke tingkat desa.
“Tahun ini ada Rp171 triliun yang akan masuk ke desa-desa. Tahun depan kita anggarkan Rp330 triliun. Itu semua masuk ke desa,” ungkapnya dalam acara acara Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Otonomi Expo 2025 di ICE BSD, Tangerang, Kamis (28/8/2025).
Prabowo juga memaparkan capaian MBG sejauh ini. Hingga Agustus 2025, tercatat 23 juta penerima manfaat, termasuk ibu hamil, yang telah merasakan program tersebut. Selain itu, sudah berdiri 6.610 dapur penyelenggara (SPPG) yang melibatkan sekitar 50 tenaga kerja di setiap desa.
“Kita maju terus, secara riil, setiap hari terus meningkat. Sampai akhir Desember ditargetkan 82,9 juta penerima manfaat, mencakup semua anak Indonesia termasuk ibu hamil,” pungkas Prabowo.
Rendahnya konsumsi protein di Indonesia, berhubungan dengan angka stunting. Kemenkes mencatatkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia mencapai 19,8% pada 2024, sementara itu target penurunan stunting pada 2025 adalah 18,8%.
Target penurunan stunting ini, membutuhkan kerja ekstra dari pemerintah dan semua pihak untuk menyukseskan penurunan stunting.
Sebagai informasi, ada enam provinsi dengan jumlah balita stunting terbesar, yaitu Jawa Barat (638.000 balita), Jawa Tengah (485.893 balita), Jawa Timur (430.780 balita), Sumatra Utara (316.456 balita), Nusa Tenggara Timur (214.143 balita), dan Banten (209.600 balita).