Bisnis.com, JAKARTA—Partai Amanat Nasional (PAN) dinilai lebih berpeluang untuk bergabung dengan Kolisi Indonesia Kerja (KIK) daripada Partai Demokrat kalau dilihat dari track record partai tersebut.
Demikin dikemukakan oleh pengamat politik Ray Rangkuti dalam diskusi bertajuk “No People, No Power: Silaturahmi politik paska Pemilu”, Senin (29/4/2019).
Turut jadi nara sumber pada diskusi itu Wakil Ketum DPP PAN, Bara Hasibuan, pengamat politik LIPI, Aisah Putri Budiarti serta Budayawan Mohammad Sobary.
“PAN punya kecenderungan bergabung ke Jokowi karena kehendak mayoritas anggotanya. Pada Kabinet Kerja Jokowi sebelumnya PAN juga ikut memperkuat Jokowi dengan menempatkan satu menterinya,” ujar Ray pada diskusi itu.
Direktur Eksekutif LIMA tersebut juga menyoroti sikap PAN yang baru pada menit-menit terakhir menentukan pilihan untuk bergabung ke Koalisi Adil Makmur yang mengusung Capres Prabowo Subianto.
Ray menilai selain menunjukan perbedaan yang tajam antar mendukung Jokowi dan yang mendukung Prabowo menjelang pencalonan presiden, juga ada dorongan yang kuat dari kalangan kubu tengah yang dimotori Waketum Bara Hasibuan.
Baca Juga
Dia menilai meski Partai Demokrat punya peluang untuk bergabung ke Jokowi, namun sikap partai itu yang terkesan pragmatis dan selalu berada di tengah akan sulit diterima oleh koalisi parpol pendukung pemerintah.
Sementara itu, Asiah Putri mengatakan wajar kalau Jokowi membuka peluang bergabungnya parpol “biru” ke koalisinya. Menurutnya, ikatan koalisi pendukung yang tidak permanen, atau hanya hingga pemilu usai, membuka peluang tersebut.
“Komitmen parpol selesai pada saat pilpres usai sehingga tidak menutup peluang PAN dan Demokrat bergabung ke Jokowi,” ujar Aisah.
Menurutnya, sistem presidensil menuntut partai berkuasa harus memperbanyak basis dukunganya di parlemen. Pada sisi lain tidak salah pula kalau parpol bersikap pragmatis karena Pilpres dilaksanakan bersamaan dengan Pileg dan parpol harus mencapai parliamentary threshold 4 persen agar bisa masuk ke DPR.