Bisnis.com, JAKARTA - Posisi Perdana Menteri Inggris Theresa May sebagai pemimpin Partai Konservatif sekaligus kepala pemerintahan berada dalam ancaman menyusul pengunduran diri Menteri Brexit Dominic Raab yang tidak setuju dengan draf perjanjian Brexit hasil kesepakatan dengan Uni Eropa pada Kamis (15/11/2018).
Menyusul langkah Raab, Sekretaris Negara untuk Pekerjaan dan Pensiun Esther McVey juga memilih mengundurkan diri. Dalam surat pengunduran diri yang ia unggah di Twitter, McVey mengaku kecewa dengan hasil draf yang dibuat May dengan Uni Eropa yang ia nilai tidak menghargai hasil referendum 2016.
Selain pertentangan di kabinet, May juga harus mendapati suara keras datang dari partainya. Jika 15% anggota Partai Konservatif mengajukan surat mosi tidak percaya ke Komite 1922, posisi May di tampuk kepemimpinan akan sulit.
Sejumlah anggota parlemen yang skeptis pada UE secara terang-terangan telah mengajukan surat mosi sebagai bentuk protes terhadap strategi negosiasi May. Ketidaksetujuan tersebut diperkirakan semakin meningkat usai draf perjanjian Brexit dipublikasi pada Rabu (14/11/2018) kemarin dan pengunduran diri Raab sehari setelahnya.
Kendati demikian, hanya Ketua Komite 1922 Graham Brady lah yang tahu berapa banyak anggota partai yang telah mengajukan surat tersebut. Dilansir Reuters, beberapa bulan lalu Brady sempat mengatakan sejumlah anggota parlemen telah mengajukan surat meski meski fakta berkata sebaliknya.
Pemungutan suara untuk menentukan nasib May bisa diikuti oleh seluruh anggota Partai Konservatif yang menduduki kursi parlemen. Jika ingin bertahan, May hanya perlu mengamankan suara mayoritas dari total suara terdaftar.
Baca Juga
Jika May menang, posisinya sebagai perdana menteri akan aman untuk 12 bulan ke depan. Sebaliknya jika ia kalah, May harus mengundurkan diri dan tidak diperkenankan mencalonkan diri dalam pemilihan kepemimpinan selanjutnya.
Proses penggantian May sebagai Perdana Menteri akan melibatkan kontestasi di internal Partai Konservatif.
Dua kandidat akhir dengan dukungan terbanyak akan bersaing untuk memperebutkan suara anggota partai. Hingga sekarang, belum ada nama kuat yang diperkirakan akan menjadi pengganti May jika ia benar-benar diberhentikan.