Kabar24.com, JAKARTA-- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan bertemu Managing Director of the International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde di Istana pada Selasa (1/9/2015) pukul 16:30 WIB.
SIMAK: Capim KPK Tersangka, Bareskrim Geledah Pertamina Foundation
Sekretaris Kabinet Pramono Anung membenarkan permintaan Delegasi IMF untuk bertemu dengan Presiden Jokowi.
"Mereka minta dijadwalkan bertemu Bapak Presiden," kata Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (31/8/2015).
BACA JUGA: Presiden Jokowi Umumkan 8 Calon Pimpinan KPK
Selain Lagarde, delegasi IMF yang dijadwalkan bertemu Presiden Jokoowi pada Selasa pukul 16:30 WIB terdiri dari tujuh orang lainnya, antara lain Executive Director Marzunisham Omar, Director Asia Pasific Departement Changyong Rhee, Advisor and Mission Chief of Indonesia David Cowen, Director of Communication Departement Rhoda Weeks-Brown, dan Senior Resident Representative for Indonesia Benediict Bingham.
SIMAK: Kaji Ulang BOS untuk Sekolah di Daerah Terpencil
Kunjungan Lagarde ke Indonesia juga dilakukan dalam rangka penyelenggaraan Konferensi Internasional “The Future of Asia’s Finance” bersama Bank Indonesia pada 1-2 September 2015 di Jakarta.
BACA JUGA: EL NINO: Kupang Krisis Air Bersih
Tema yang diangkat dalam konferensi ini adalah “Tantangan Ekonomi Global dan Implikasinya bagi Para Pembuat Kebijakan di Asia.”
Konferensi ini diharapkan dapat berkontribusi pada upaya peningkatan pembiayaan investasi infrastruktur sehingga dapat mendukung pelaksanaan program prioritas pembangunan pemerintah Indonesia.
Ekonom Universitas Indonesia Anton Gunawan menilai, kendati memiliki peluang untuk menjalin kerjasama pembiayaan, Indonesia harus berhati-hati. Berkaca pada krisis moneter 1998, peran serta IMF kerap dicap negatif.
"Mesti hati-hati, jangan ada yang terkait conditionality. Lagarde mau datang dan akan bertemu Presiden, tetapi jangan dibaca lebih dari itu," kata Anton.
Anton menilai peluang kerja sama yang bisa dijajaki dengan IMF adalah membuka pendekatan dengan The Fed agar Indonesia mendapat fasilitas untuk menarik likuiditas siaga. Fasilitas serupa telah dikantongi oleh Singapura, Meksiko, dan Korea Selatan saat terjadi gonjang ganjing ekonomi global pada 2008.
"Singapura dapat waktu 2008. The Fed pinjamkan likuiditas," lanjutnya.
IMF disebut Anton memiliki keterkaitan dengan The Fed. Dengan demikian dukungan dari IMF dapat digunakan untuk amunisi saat berdiplomasi dengan Amerika Serikat di forum G-20.
"Dalam G20, emerging market banyak tertekan. Bentuk bantuan bisa dalam bentuk pendanaan likuiditas kalau ada krisis, bisa juga dalam bentuk pendanaan untuk budget seperti yang pernah diusulkan Sri Mulyani," papar mantan Kepala Ekonom Bank Danamon ini.