Bisnis.com, NUSA DUA, Bali – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan 3 masalah yang masih menjadi tantangan perdagangan di Asia Pasifik meskipun rata-rata tarif telah turun dari 16,9% pada 1989 menjadi 5,7% pada 2011.
Tiga masalah itu mencakup hambatan tarif, prosedur kepabeanan yang berbelit, dan infrastruktur transportasi yang buruk.
Oleh karena itu, kata Kepala Negara, sejalan dengan upaya melakukan liberalisasi perdagangan dan investasi serta integrasi ekonomi regional yang lebih dalam, APEC harus memecahkan tantangan itu.
“Kita harus dapat menangani hambatan tarif, ketidakstabilan finansial, dan fluktuasi harga komoditas saat ini,” kata Presiden dalam pidato kuncinya pada pembukaan APEC CEO Summit 2013, Minggu (6/10/2013).
Presiden mengatakan penanganan 3 tantangan itu merupakan bagian dari prioritas pertama APEC tahun ini, yakni Pencapaian Bogor Goals (Attaining Bogor Goals).
Dalam prioritas kedua – memperjuangkan pertumbuhan berkelanjutan dengan kesetaraan (Achieving Sustainable Growth with Equity) – ekonomi APEC menghadapi tantangan pertumbuhan populasi yang dapat menimbulkan hambatan pertumbuhan.
Populasi global tumbuh dari 5,5 miliar orang pada 1994 menjadi lebih dari 7 miliar orang saat ini. Pada 2045, populasi dunia diperkirakan 9 miliar orang dan kawasan Asia Pasifik menyumbang cukup besar.
“[Masalah ini] memunculkan beban yang berat pada suplai energi, pangan dan air untuk populasi kita,” kata Presiden.
Oleh karena itu, tutur SBY, mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif menjadi sangat penting, a.l. dengan pemberdayaan ekonomi dan peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah global melalui inovasi dan produktivitas perempuan dalam ekonomi.
“Sangat mendesak pula untuk memastikan keterbukaan finansial, memperkuat ketahanan pangan dan memperbaiki akses terhadap pelayanan kesehatan,” ujarnya.
Sementara itu, dalam prioritas ketiga – Mendorong Konektivitas (Promoting Connectivity) – Presiden menekankan usaha bersama membangun infrastruktur dan mendorong investasi di bidang tersebut.
“Saya percaya konektivitas fisik, institusional dan orang per orang yang lebih baik akan membantu mengintegrasikan kawasan kita,” ujarnya.
Presiden menginginkan Asia Pasifik menjadi episentrum kemajuan ekonomi dunia.