Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komponen Black Box Pesawat Jeju Air Hilang, Investigasi Kecelakaan Terhambat?

Hilangnya komponen Black Box berpotensi menunda penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat Jeju Air yang menewaskan 179 orang.
Suasana evakuasi Jeju Air yang menewaskan 179 penumpang dan awak pesawat pada Minggu (29/12/2024)/Bloomberg - SeongJoon Cho
Suasana evakuasi Jeju Air yang menewaskan 179 penumpang dan awak pesawat pada Minggu (29/12/2024)/Bloomberg - SeongJoon Cho

Bisnis.com, JAKARTA - Pihak berwenang Korea Selatan menyebut hilangnya komponen penting dalam perangkat perekam data penerbangan atau flight data recorder pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan pekan lalu.

Hilangnya komponen penting black box itu berpotensi menunda penyelidikan penyebab kecelakaan yang menewaskan 179 orang tersebut. 

Mengutip Bloomberg pada Selasa (31/2024), flight data recorder (FDR), yang melacak parameter pesawat seperti ketinggian dan kecepatan udara, adalah salah satu dari dua kotak hitam (black box) yang diambil oleh penyelidik Korea dari reruntuhan pesawat Jeju Air Co. yang meledak di Bandara Internasional Muan beberapa waktu lalu. 

Pejabat senior Kementerian Transportasi Korea Selatan menyebut FDR kehilangan konektor yang menghubungkan unit penyimpanan data ke unit penyimpanan daya.

“Seorang ahli terus mencari cara untuk memulihkan data di dalam perekam,” kata Wakil Menteri Penerbangan Sipil Joo Jong-wan dalam sebuah pengarahan. 

Joo melanjutkan Kementerian Transportasi Korea Selatan akan mencoba menyelesaikan masalah tersebut secepat mungkin. Namun, demikian, dia tidak menjelaskan berapa lama waktu yang dibutuhkan. 

Pihak berwenang mengamankan bukti lain, yang disebut perekam suara kokpit atau cockpit voice recorder (CVR), yang merekam transmisi radio dan suara pilot, serta suara mesin.

Joo menuturkan kedua perangkat tersebut akan diperiksa oleh kelompok investigasi gabungan mulai Selasa, yang terdiri dari otoritas penerbangan AS dan pejabat dari Boeing Co., produsen pesawat 737-800.

Para penyelidik memiliki alasan untuk meyakini bahwa tabrakan burung mungkin telah menyebabkan kecelakaan tersebut berdasarkan komunikasi antara menara kontrol bandara dan pilot sebelum kecelakaan. 

Menara kontrol mengeluarkan peringatan tabrakan burung dua menit sebelum pilot mengumumkan panggilan darurat mayday. Tak lama kemudian, pesawat menabrak tembok di ujung landasan pacu dan meledak. 

Pihak berwenang Korea mewawancarai dua pejabat yang bekerja di menara kontrol saat itu, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Mereka juga menyelidiki mengapa roda pendaratan tidak berfungsi saat pesawat mendekati tanah dan apakah localizer — instrumen untuk memandu pendaratan pesawat — memiliki relevansi dengan kecelakaan tersebut.

Kecelakaan Jeju Air adalah yang pertama bagi maskapai tersebut, dan merupakan kecelakaan udara sipil terburuk yang pernah terjadi di Korea Selatan. Secara keseluruhan, jumlah korban tewas dalam pesawat penumpang melonjak menjadi 318 tahun ini dengan insiden ini dan jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines, menurut data yang dikumpulkan oleh Cirium. 

Angka tersebut merupakan jumlah kematian tertinggi sejak lebih dari 500 orang meninggal pada tahun 2018, tahun yang ditandai dengan kecelakaan pertama dari dua kecelakaan Boeing Co. 737 Max.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper