Tanggul di Ujung Landasan Pacu
Sementara itu, dikutip dari Reuters, para penyelidik kecelakaan tengah memeriksa potensi terjadinya tabrakan dengan burung, apakah ada sistem kendali pesawat yang dinonaktifkan, dan tergesa-gesanya pilot untuk mencoba mendarat segera setelah menyatakan keadaan darurat sebagai kemungkinan faktor dalam kecelakaan tersebut, kata petugas pemadam kebakaran dan transportasi.
Pejabat juga menghadapi pertanyaan tajam tentang fitur desain di bandara, khususnya tanggul (embankmen) besar yang terbuat dari tanah dan beton di dekat ujung landasan pacu yang digunakan untuk mendukung peralatan navigasi.
Pesawat menabrak tanggul dengan kecepatan tinggi dan meledak menjadi bola api. Mayat dan bagian tubuh berhamburan ke ladang di sekitarnya dan sebagian besar pesawat hancur dalam kobaran api.
Pejabat Korea Selatan mengatakan tanggul itu dibangun sesuai standar, dan ada fitur serupa di bandara lain termasuk di Amerika Serikat dan Eropa.
Namun, banyak ahli mengatakan bahwa jaraknya yang dekat dengan ujung landasan pacu bertentangan dengan praktik terbaik dan kemungkinan membuat kecelakaan itu jauh lebih mematikan daripada yang seharusnya.
Baca Juga
"Desain landasan pacu sama sekali tidak memenuhi praktik terbaik industri, yang melarang adanya struktur keras seperti tanggul dalam jarak setidaknya 300 meter (330 yard) dari ujung landasan pacu," kata John Cox, CEO Safety Operating Systems dan mantan pilot 737.
Sementara itu, menurut analisis citra satelit, tanggul beton bandara tersebut tampaknya berjarak kurang dari setengah jarak tersebut dari ujung trotoar.
Pejabat Korea Selatan mengatakan bahwa jaraknya sekitar 250 meter (273 yard) dari ujung landasan pacu itu sendiri, meskipun apron beraspal membentang melewati itu.
"Pesawat itu tampak dalam rekaman video melambat dan terkendali saat keluar landasan. Saat menabrak tanggul itu, saat itulah tragedi terjadi," kata Cox.