Bisnis.com, JAKARTA - Taylor Swift secara terbuka memberikan dukungannya untuk Kamala Harris yang maju dalam pencalonan presiden Amerika Serikat (AS).
Dukungannya itu muncul setelah dilangsungkannya debat capres pada Selasa (10/9/2024) malam.
“Seperti kebanyakan dari Anda, saya menonton debat malam ini. Saya akan memberikan suara saya untuk Kamala Harris dan Tim Walz pada Pilpres 2024. Saya memilih @kamalaharris karena dia memperjuangkan hak dan tujuan yang saya yakini membutuhkan seorang pejuang untuk memperjuangkannya," tulis Swift di Instagram kepada 283 juta pengikutnya, dikutip dari NY Times.
Dia pun menandatangani postingannya sebagai “Childless Cat Lady” yang merujuk pada komentar yang dibuat oleh pasangan Trump, Senator JD Vance dari Ohio, tentang wanita tanpa anak.
Dukungan Taylor Swift terhadap Kamala Harris ini pun disinyalir akan menjadi basis kekuatan melawan Trump, bagi para pemilih muda.
Sebelumnya, penyanyi ini juga sempat menyatakan penyesalannya karena tidak berbuat lebih banyak untuk berbicara tentang penentangannya terhadap Trump pada pemilu pertamanya pada tahun 2016.
Baca Juga
Sejak itu, ia mengambil sikap yang lebih politis ketika berbicara tentang isu-isu seperti akses aborsi.
Dukungannya terhadap Joe Biden pada 2020 lalu pun cukup mengejutkan. Meski sulit diukur, namun namun kemampuannya dalam membuat pendukungnya mendaftar untuk memilih mulai terlihat jelas pada tahun lalu.
Dalam postingan singkat di akun Instagram-nya pada tahun 2023, Swift berhasil mendorong 272 juta pendukungnya saat itu untuk memilih dan menyertakan link ke situs web Vote.org.
Situs tersebut kemudian melaporkan 35.252 pendaftaran baru pada hari itu, suatu lompatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, dan lonjakan yang sangat signifikan pada tahun tanpa pemilu.
Pada hari Selasa, Swift juga menyertakan tautan serupa ke Vote.gov di kisah Instagram-nya.
Dalam postingannya yang mendukung Harris, Swift merujuk pada “ketakutannya” terhadap kecerdasan buatan atau artificial interlligence (AI).
Dia menunjuk pada konten yang dihasilkan oleh teknologi yang memberikan kesan palsu bahwa dia mendukung Trump, yang dipromosikan oleh mantan presiden tersebut di media sosial.
“Hal ini benar-benar membangkitkan ketakutan saya terhadap AI, dan bahaya penyebaran informasi yang salah,” tulisnya.
Dia menggarisbawahi kekhawatiran bahwa orang Amerika tidak akan tahu di mana dia sebenarnya berdiri jika dia tidak angkat bicara.
“Hal ini membawa saya pada kesimpulan bahwa saya harus sangat transparan tentang rencana saya yang sebenarnya untuk pemilu ini sebagai pemilih. Cara paling sederhana untuk memerangi misinformasi adalah dengan kebenaran,”