Bisnis.com, JAKARTA – Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Kamala Harris mengalahkan pesaingnya Donald Trump dari Partai Republik dalam jajak pendapat terbaru dengan perolehan 45% berbanding 41%.
Melansir Reuters, Jumat (30/8/2024), dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos yang diterbitkan pada Kamis, Wakil Presiden AS tersebut memperlebar keunggulan dari Trump dengan 4 poin persentase, lebih lebar dari jajak pendapat terakhir pada akhir Juli.
Jajak pendapat baru, yang dilakukan dalam delapan hari yang berakhir pada hari Rabu memiliki margin kesalahan 2 poin persentase.
Poling terbaru menunjukkan bahwa Harris mendapatkan dukungan di kalangan wanita dan Hispanik. Harris memimpin Trump dengan 49% berbanding 36% di antara para pemilih wanita dan pemilih Hispanik.
Dari empat jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dilakukan pada bulan Juli, Harris unggul 9 poin di kalangan wanita dan 6 poin di kalangan Hispanik. Di sisi lain, Trump memimpin di antara pemilih kulit putih dan pria dengan selisih yang sama seperti pada Juli.
Survei terbaru ini menggambarkan gejolak pilpres AS setelah Presiden Joe Biden memutuskan mundur dari pencalonannya pada 21 Juli lalu usai tampil buruk dalam debat perdana melawan Trump.
Baca Juga
Sejak saat itu, Harris meraih keunggulan melawan Trump dalam jajak pendapat nasional dan jajak pendapat di negara-negara bagian utama. Meskipun survei nasional termasuk Reuters/Ipsos memberikan sinyal penting mengenai pandangan para pemilih, hasil pemilihan negara bagian dari Electoral College yang akan menentukan pemenang Pilpres November mendatang.
Tujuh negara bagian yang menjadi ’arena persaingan sengit’ selama Pilpres 2020 lalu, antara lain Wisconsin, Pennsylvania, Georgia, Arizona, North Carolina, Michigan, dan Nevada. Di wilayah tersebut, Trump unggul 45% banding 43% atas Harris di antara para pemilih yang terdaftar dalam jajak pendapat di negara bagian tersebut.
Sementara itu, jajak pendapat Bloomberg News/Morning Consult yang diterbitkan pada Kamis menunjukkan bahwa Harris imbang dengan Trump di masing-masing negara bagian tersebut.
Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa Harris memimpin Trump dengan 2 poin persentase di antara para pemilih terdaftar di tujuh negara bagian dan unggul dengan 1 poin di antara para calon pemilih. Margin kesalahan mencapai 1 poin persentase di tujuh negara bagian tersebut.
“Jelas bahwa melawan Harris lebih menantang bagi Trump mengingat pergeseran angka-angka ini, tetapi tentu saja tidak dapat diatasi,” kata Matt Wolking, analis kampanye Partai Republik yang bekerja pada kampanye Trump tahun 2020.
Menanggapi hasil jajak pendapat Reuters, Wolking mengatakan Trump harus tetap fokus dalam kampanyenya agar dia tidak menakut-nakuti para pemilih yang condong ke arahnya karena mereka tidak menyukai Biden.
Sejak secara resmi menerima nominasi Partai Demokrat minggu lalu, Harris telah memulai kampanye ke negara-negara bagian yang menjadi medan pertarungan termasuk Georgia, di mana Biden telah kehilangan dukungan sebelum ia mengakhiri kampanyenya.
Meningkatnya Antusiasme
Sekitar 73% dari pemilih terdaftar Partai Demokrat dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos mengatakan bahwa mereka lebih bersemangat untuk memberikan suara pada bulan November setelah Harris masuk dalam persaingan.
Meskipun jajak pendapat Reuters/Ipsos pada bulan Maret menemukan bahwa 61% responden mengatakan alasan mereka memilih Biden adalah untuk menghentikan Trump, 52% pemilih Harris pada jajak pendapat bulan Agustus memberikan suara untuk mendukungnya sebagai kandidat dan bukan untuk menentang Trump.
Aimee Allison, pendiri She the People, kelompok liberal untuk meningkatkan jumlah perempuan kulit non-putih dalam pemerintahan, mengatakan jajak pendapat terbaru memperlihatkan bahwa orang-orang lebih termotivasi oleh masa depan daripada masa lalu.
“Mereka melihat Kamala Harris sebagai masa depan, dan Partai Republik melihat pemilihan ini hanya tentang Trump. Para pemilih lebih mungkin untuk terlibat ketika diberi pilihan untuk 'lebih dari' mengalahkan Trump,” ujarnya.
Namun, para pemilih Trump juga menyuarakan antusiasme terhadap kandidat mereka, dengan 64% mengatakan bahwa pilihan mereka lebih termotivasi untuk mendukung Trump daripada menentang Harris.
Para pemilih memilih Trump karena memiliki pendekatan yang lebih baik dalam mengelola ekonomi AS dengan persentgase 45% berbanding 36%, selisih yang lebih besar daripada yang diperoleh Trump dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos pekan ini.
Harris, sebaliknya, unggul 47% berbanding 31% dalam hal kebijakan aborsi. Masalah ini menjadi penting bagi Demokrat setelah Mahkamah Agung AS pada tahun 2022 membatalkan hak perempuan untuk melakukan aborsi.
Sekitar 41% pemilih dalam jajak pendapat dan 70% dari Partai Demokrat mengatakan bahwa mereka khawatir presiden berikutnya akan menandatangani larangan aborsi nasional.
Periode survei jajak pendapat terbaru ini sebagian berbarengan dengan Konvensi Nasional Partai Demokrat pada 19-22 Agustus di Chicago saat Harris secara resmi menerima pencalonan dari partainya.
Jajak pendapat ini dilakukan secara nasional dan mengumpulkan tanggapan dari 4.253 orang dewasa AS, termasuk 3.562 pemilih terdaftar.
Kandidat independen Robert F. Kennedy Jr, yang menghentikan kampanyenya pada 23 Agustus ketika jajak pendapat masih berlangsung, mendapat dukungan dari 6% pemilih dalam survei tersebut.