Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Israel Gertak Balik Iran yang Ancam Perang Besar-besaran

Israel menggertak balik Iran mengenai ancaman perang besar-besaran jika Israel bersikukuh untuk menyerang Lebanon.
Seorang tentara Israel menyiapkan kopi saat dia menjaga pos pemeriksaan dekat perbatasan dengan Lebanon, di Israel utara, 1 November 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura
Seorang tentara Israel menyiapkan kopi saat dia menjaga pos pemeriksaan dekat perbatasan dengan Lebanon, di Israel utara, 1 November 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Israel, Israel Kartz menggertak balik Iran mengenai ancaman perang besar-besaran jika Israel bersikukuh untuk menyerang Lebanon.

Dilansir Reuters pada Minggu (30/6/2024), Kartz merespons hal tersebut melalui akun X/Twitter pribadinya, sebagai respons terhadap pernyataan Misi Iran di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada platform yang sama.

⁠"Rezim yang mengancam kehancuran layak untuk dihancurkan," kata Katz dalam unggahannya, dikutip Minggu (30/6/2024).

Dia juga mengatakan bahwa pihaknya akan mengerahkan kekuatan penuh terhadap militan Hizbullah di Lebanon. Kartz mengancam pasukan yang disokong Iran itu agar menjauhi perbatasan dengan Israel dan berhenti meluncurkan tembakan.

Sebelumnya, Misi Iran di PBB mengeluarkan peringatan keras kepada Israel bahwa serangan penuh terhadap Lebanon akan memicu perang besar-besaran.

Militer Israel telah menyetujui adanya rencana operasional untuk serangan ke Lebanon pada pertengahan Juni lalu.

“Iran menganggap propaganda rezim Zionis tentang rencana menyerang Lebanon sebagai perang psikologis. Tetapi, jika mereka melancarkan agresi militer besar-besaran, perang yang menghancurkan akan terjadi. Semua opsi, termasuk keterlibatan seluruh Front Perlawanan, dapat dipertimbangkan," kata Misi Iran di PBB melalui cuitannya, Sabtu (29/6/2024). 

Adapun, pasukan Hizbullah telah melakukan baku tembak dengan Israel sejak Oktober 2023 lalu.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan bahwa mereka lebih memilih jalur diplomatik untuk menyelesaikan situasi ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper