Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat diketahui telah mengirim amunisi dalam jumlah besar ke Israel sejak sejak dimulainya agresi militer di Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu.
Melansir Reuters pada Sabtu (29/6/2024), dua pejabat AS yang mengetahui daftar terbaru pengiriman senjata ini mengatakan AS telah mengirimkan sedikitnya 14.000 bom MK-84 seberat 2.000 pon atau 907,1 kilogram (kg), dan 6.500 bom seberat 226,8 kg, 3.000 rudal Hellfire.
Selain itu, AS juga telah mengirimkan 1.000 bom penghancur bungker, 2.600 bom berdiameter kecil yang dijatuhkan dari udara, serta amunisi lainnya.
Meskipun para pejabat tidak memberikan jadwal pengiriman, jumlah tersebut menunjukkan bahwa dukungan militer AS untuk sekutunya tersebut sama sekali tidak menurun meskipun ada seruan internasional untuk membatasi pasokan senjata dan keputusan AS menghentikan sementara pengiriman bom-bom canggih.
Para ahli mengatakan bahwa isi dari pengiriman tersebut tampak konsisten dengan apa yang dibutuhkan Israel untuk mengisi kembali persediaan yang digunakan dalam agresi militer intensif di Gaza.
Agresi ini diluncurkan setelah serangan militan Hamas Palestina yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang lainnya, menurut penghitungan Israel.
Baca Juga
Sejak serangan Israel di Gaza, lebih dari 37.000 warga Palestina tewas, sedikitnya 15.000 di antaranya merupakan anak-anak. Sementara itu, lebih dari 86.000 orang terluka, menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina.
Ahli senjata Center for Strategic and International Studies Tom Karako mengatakan amunisi yang terdaftar adalah jenis yang akan digunakan Israel dalam perang melawan Hamas atau dalam konflik potensial dengan Hizbullah.
"Meskipun angka-angka ini dapat dihabiskan dengan relatif cepat dalam sebuah konflik besar, daftar ini jelas mencerminkan tingkat dukungan yang substansial dari AS untuk sekutu-sekutu Israel," kata Karako.
Jumlah pengiriman tersebut menunjukkan memberikan penghitungan paling mutakhir dan ekstensif atas amunisi yang dikirim ke Israel sejak perang Gaza dimulai.
Israel dan Hizbullah yang didukung Iran saling baku hantam sejak dimulainya perang Gaza, dan kekhawatiran bahwa perang di antara kedua belah pihak dapat pecah semakin meningkat.
Gedung Putih menolak untuk berkomentar. Kedutaan Besar Israel di Washington juga belum menanggapi permintaan komentar.
Salah satu pejabat AS mengatakan pengiriman ini merupakan bagian dari daftar senjata yang lebih besar yang dikirim ke Israel sejak konflik Gaza dimulai. Seorang pejabat senior pemerintahan Biden pada hari Rabu mengatakan kepada wartawan bahwa Washington telah mengirimkan bantuan keamanan senilai US$6,5 miliar kepada Israel sejak 7 Oktober.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam beberapa pekan terakhir mengklaim bahwa AS menahan senjata. Pernyataan ini berulang kali dibantah oleh para pejabat AS meskipun mereka mengakui adanya "hambatan".
Pemerintahan Biden telah menghentikan satu pengiriman bom seberat 2.000 pon, dengan alasan kekhawatiran akan dampak yang ditimbulkannya di wilayah padat penduduk di Gaza, namun para pejabat AS bersikeras bahwa semua pengiriman senjata lainnya tetap berjalan seperti biasa.
Satu bom tersebut dapat merobek beton dan logam yang tebal, serta menimbulkan radius ledakan yang luas.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa AS sedang berdiskusi dengan Israel untuk melepaskan pengiriman bom besar yang ditangguhkan pada bulan Mei karena kekhawatiran operasi militer di Rafah.
Pengawasan internasional terhadap operasi militer Israel di Gaza semakin meningkat seiring dengan jumlah korban tewas dari pihak Palestina akibat perang yang telah melampaui 37.000 orang dan telah menghancurkan daerah pesisir Palestina tersebut.
Washington memberikan bantuan militer tahunan senilai US$3,8 miliar kepada Israel. Meskipun Biden telah memperingatkan bahwa ia akan memberikan syarat-syarat pada bantuan militer jika Israel gagal melindungi warga sipil dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, ia belum melakukan hal tersebut selain menunda pengiriman bulan Mei.
Dukungan Biden terhadap Israel dalam perang melawan Hamas telah muncul sebagai sebuah pertanggungjawaban politik, terutama di kalangan kaum muda Demokrat, ketika ia mencalonkan diri untuk terpilih kembali tahun ini.
Hal ini memicu gelombang suara protes yang "tidak berkomitmen" pada pemilihan pendahuluan dan telah mendorong aksi protes pro-Palestina di berbagai universitas di AS.
Meskipun Amerika Serikat memberikan penjelasan rinci dan jumlah bantuan militer yang dikirim ke Ukraina saat negara itu melawan invasi skala penuh Rusia, pemerintah hanya mengungkapkan sedikit rincian tentang jumlah senjata dan amunisi AS yang dikirim ke Israel.
Pengiriman ini juga sulit dilacak karena beberapa senjata dikirim sebagai bagian dari penjualan senjata yang telah disetujui oleh Kongres beberapa tahun yang lalu, namun baru sekarang dipenuhi.
Salah satu pejabat AS mengatakan bahwa Pentagon memiliki persediaan senjata dalam jumlah yang cukup dan telah bekerja sama dengan mitra industri AS yang membuat senjata, seperti Boeing Co BA.N dan General Dynamics GD.N, karena perusahaan-perusahaan tersebut bekerja untuk memproduksi lebih banyak lagi.