Bisnis.com, JAKARTA - Israel menegaskan posisinya tidak menginginkan perang di Lebanon. Kendati demikian, jika Hizbullah terus mengancam, Israel sesumbar akan membuat tetangganya itu kembali ke "Zaman Batu".
Kepala urusan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa konflik semacam itu bisa pecah dan berpotensi menimbulkan bencana.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant saat di Washington D.C mengatakan siap dengan semua skenario yang akan terjadi.
"Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami bersiap untuk setiap skenario. Hizbullah memahami betul bahwa kami dapat menimbulkan kerusakan besar di Lebanon jika perang dilancarkan. Israel mampu membawa Lebanon kembali ke Zaman Batu, tetapi kami tidak ingin melakukannya," katanya, dilansir Al-Jazeera, pada Jumat (28/6/2024).
Perbatasan antara kedua negara telah menyaksikan baku tembak setiap hari antara pasukan Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon yang bersekutu dengan Iran sejak konflik di Gaza pecah pada 7 Oktober lalu.
Kekhawatiran akan perang besar-besaran muncul pada bulan ini setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel sedang mempersiapkan operasi yang sangat menegangkan di perbatasan dengan Lebanon.
Baca Juga
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah juga mengancam akan melancarkan perang tanpa aturan, dan tanpa batasan apapun jika Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Lebanon.
Mantan jenderal dan pemimpin partai Persatuan Nasional Israel Benny Gantz baru-baru ini mengundurkan diri dari kabinet perang dengan alasan kegagalan menyepakati rencana untuk Gaza setelah perang.
Sementara itu, Kepala Urusan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths menegaskan bahwa Lebanon saat ini sudah menjadi titik konflik.
Seorang pejabat AS mengatakan Washington terlibat dalam percakapan yang cukup intensif dengan Israel, Lebanon dan aktor-aktor lain, dan yakin bahwa tidak ada pihak yang menginginkan eskalasi besar.
Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan sekitar 10 serangan Israel di daerah dekat perbatasan termasuk satu serangan yang menghancurkan sebuah bangunan di Nabatiyeh, melukai 5 orang, dan Hizbullah mengklaim enam serangan terhadap posisi militer Israel di wilayah perbatasan, pada Rabu (26/6/2024).
Gallant juga mengatakan dia mendiskusikan proposalnya sehari setelahnya untuk tata kelola Gaza pascaperang dengan para pejabat senior AS. "Prosesnya, yang akan melibatkan warga Palestina, mitra regional, dan Amerika Serikat, akan memakan waktu panjang dan rumit," katanya.