Bisnis.com, JAKARTA – Israel mengatakan bahwa persyaratan proposal gencatan senjata di Gaza tidak sesuai dengan tuntutan mereka dan tetap melanjutkan serangan di Rafah.
Melansir Reuters, Selasa (7/5/2024), pasukan Israel menggempur Rafah di tepi selatan Gaza dari udara dan darat serta memerintahkan penduduk untuk meninggalkan beberapa bagian kota, yang telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi.
Serangan ini terjadi meskipun Hamas mengatakan bahwa pemimpinnya, Ismail Haniyeh, menginformasikan kepada para mediator Qatar dan Mesir bahwa kelompok tersebut menerima usulan untuk melakukan gencatan senjata.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengatakan bahwa proposal gencatan senjata terbaru Hamas tidak sesuai dengan tuntutan Israel, namun Israel akan mengirimkan delegasi untuk bertemu dengan para perunding untuk mencoba mencapai kesepakatan.
Dalam sebuah pernyataan, kantor PM Netanyahu menambahkan bahwa kabinet perangnya menyetujui untuk melanjutkan operasi di Rafah.
"Kabinet perang dengan suara bulat memutuskan bahwa Israel melanjutkan operasi di Rafah untuk memberikan tekanan militer kepada Hamas dalam rangka memajukan pembebasan sandera dan tujuan-tujuan lain dari perang ini," demikian ungkap pernyataan tersebut.
Baca Juga
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak Israel dan Hamas untuk berusaha lebih keras lagi guna mencapai kesepakatan.
Seorang pejabat Israel yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa proposal yang diterima Hamas adalah versi yang dipermudah dari tawaran Mesir dan mencakup elemen-elemen yang tidak dapat diterima oleh Israel.
"Ini tampaknya merupakan tipu muslihat yang dimaksudkan untuk membuat Israel terlihat sebagai pihak yang menolak kesepakatan," kata pejabat Israel tersebut.
Namun seorang pejabat yang mengetahui perundingan damai tersebut mengatakan bahwa tawaran yang diterima Hamas secara efektif sama dengan tawaran yang disepakati pada akhir April oleh Israel.
Seorang pejabat AS yang mengetahui perundingan gencatan senjata mengatakan kepada Reuters bahwa Netanyahu dan kabinetnya tidak memiliki itikad baik untuk melakukan pendekatan pada fase terakhir perundingan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan bahwa AS akan mendiskusikan tanggapan Hamas dengan sekutu-sekutunya dalam beberapa jam ke depan dan mengupayakan agar gencatan senjata benar-benar dapat dicapai.
"Kami ingin membebaskan para sandera ini, kami ingin memberlakukan gencatan senjata selama enam minggu, kami ingin meningkatkan bantuan kemanusiaan," ujar juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby.
Lebih dari 34.600 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel ke Gaza sejak awal Oktober 2023. PBB mengatakan bahwa bencana kelaparan akan segera terjadi di daerah kantong tersebut jika akses bantuan makanan sulit dicapai.