Bisnis.com, JAKARTA – Kelompok militan Palestina Hamas mengatakan telah menyetujui proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Qatar dan Mesir untuk menghentikan perang dengan Israel di Gaza.
Melansir Bloomberg, Selasa (7/5/2024), kepala kantor politik Hamas Ismail Haniyeh menginformasikan kepada perdana menteri Qatar dan kepala intelijen Mesir mengenai penerimaan tersebut. Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai syarat-syarat kesepakatan potensial.
Hamas dan Israel telah bernegosiasi secara tidak langsung melalui Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan pembebasan sandera Israel yang ditahan di gaza dengan pertukaran warga Palestina yang ditahan Israel. Kesepakatan ini juga akan mencakup jeda pertempuran.
Jika kesepakatan disepakati, maka akan terjadi jeda pertempuran antara kedua belah pihak untuk pertama kalinya sejak kesepakatan serupa pada akhir November 2023 lalu. Penghentian sementara itu dapat memungkinkan pembicaraan untuk memulai gencatan senjata permanen, sekaligus memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan untuk dikirim ke penduduk Gaza
Di sisi lain, seorang pejabat Israel yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa tidak ada gencatan senjata yang telah disepakati di Gaza.
Pejabat Israel tersebut mengatakan bahwa proposal yang diterima Hamas adalah versi "lunak" dari proposal Mesir, yang mencakup kesimpulan-kesimpulan yang tidak dapat diterima oleh Israel.
Baca Juga
"Ini tampaknya merupakan tipu muslihat yang dimaksudkan untuk membuat Israel terlihat sebagai pihak yang menolak kesepakatan," kata pejabat Israel tersebut, dilansir Reuters, Selasa (7/6/2024).
Sebelumnya, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa pemimpinnya, Ismail
Pengumuman Hamas mengenai kesepakatan gencatan senjata muncul beberapa jam setelah Israel memerintahkan evakuasi beberapa bagian dari Rafah, yang menjadi tempat perlindungan terakhir bagi sekitar setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza.