Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bahwa perang di Gaza Palestina belum berakhir.
Salah seorang pejabat Israel mengatakan bahwa adanya kemungkinan kesepakatan terkait penyanderaan dengan Hamas, setelah tawaran terbaru kepada Hamas disampaikan melalui mediator Mesir, pada akhir pekan lalu.
“Dia [Netanyahu] mengatakan kepada Blinken bahwa pihaknya tertarik untuk mencapai kesepakatan [sandera], dan bertekad untuk menggulingkan Hamas,” kata pejabat itu, pada Rabu (1/5/2024).
Netanyahu juga mengatakan kepada Blinken selama pertemuan keduanya di Yerusalem, bahwa kesepakatan penyanderaan dengan Hamas tidak berarti invasi ke Rafah dapat dihindari.
“Operasi Rafah tidak bergantung pada apapun,” kata Netanyahu menjelaskan hal tersebut kepada Menlu Blinken, dilansir Times of Israel, Kamis (2/5/2024).
Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan bahwa Blinken menegaskan kembali posisi AS mengenai Rafah.
Baca Juga
AS tidak menyebutkan secara pasti posisi mereka, namun pemerintahan Presiden Joe Biden dengan tegas menentang operasi Rafah tanpa rencana yang kredibel untuk mengevakuasi warga sipil, bahkan menyebut perpindahan itu menjadi bencana.
Adapun AS mengatakan bahwa Blinken justru menekankan bahwa Hamas yang menghalangi gencatan senjata di Gaza.
Blinken dalam pertemuannya dengan Presiden Isaac Herzog di Yerusalem pada hari sebelumnya, mengungkapkan sentimen serupa yakni menyalahkan Hamas atas kegagalan mencapai kesepakatan penyanderaan, sejak November lalu.
Diplomat terkemuka AS itu mengatakan bahwa organisasi teror Gaza adalah satu-satunya alasan mengapa gencatan senjata itu tidak tercapai.
“Tidak ada penundaan, tidak ada alasan. Sekarang waktunya," kata Blinken.