Bisnis.com, JAKARTA - Garda Revolusi Iran atau Islamic Revolution Guards Corps (IRGC) telah melayangkan serangan drone dan rudal ke fasilitas militer milik Israel.
Kepala Staf IGRC, Mohammad Bagheri mengklaim bahwa serangan yang diluncurkannya itu berhasil mengenai sasaran atau titik vital militer Israel.
"Operation Honest Promise telah dijalankan secara sukses dari tadi malam hingga pagi ini dan mencapai tujuannya," ujarnya dikutip dari economictimes.indiatimes.com, Senin (15/4/2024).
Di sisi lain, penyerangan itu juga mendapatkan respons dari Presiden Iran Ebrahim Raisi. Dia menyampaikan serangan IGRC melalui operasi drone dan rudal telah memberikan “pelajaran yang tak terlupakan” kepada Israel.
Raisi mengatakan operasi yang dilakukan IRGC merupakan tindakan pembelaan yang sah. Pasalnya, hal tersebut merupakan respons dari tindakan rezim Zionis yang menyerang konsulat Iran di Suriah dan menyebabkan tewasnya sejumlah prajurit IRGC.
“Dengan kerja sama dan koordinasi seluruh sektor pertahanan dan politik negara, membuka halaman baru dalam sejarah otoritas Iran dan memberikan pelajaran kepada musuh Zionis,” ujar Raisi dikutip dari kantor berita Iran IRNA.
Lantas, bagaimana profil IRGC atau pasukan garuda revolusi Iran tersebut?
Dikutip dari cfr.org, IGRC merupakan penjaga ideologi revolusi Iran yang resmi didirikan 1979. Mereka ditugaskan untuk melindungi Iran baik dari ancaman secara internal maupun eksternal.
IRGC didirikan segera setelah jatuhnya Shah Mohammad Reza Pahlavi atau ketika kelompok sayap kiri, nasionalis, dan Islam berebut untuk menentukan arah republik revolusioner.
Kelompok ini juga beroperasi di luar batas hukum dan peradilan yang bertanggung jawab kepada pemimpin tertinggi dengan struktur komando melewati presiden terpilih.
Kemudian, Korps ini telah memperoleh peran yang sangat besar dalam melaksanakan kebijakan luar negeri Iran dan memegang kendali atas sebagian besar sektor perekonomian.
Misalnya, hubungan IRGC dengan kelompok bersenjata di sekitar wilayah Iran, seperti dengan Hizbullah di Lebanon dan Hamas di wilayah Palestina, membantu Iran memproyeksikan pengaruh dan kekuasaan.
Namun, Amerika Serikat menetapkan IRGC sebagai organisasi teroris, setelah menyebut Iran sebagai negara sponsor terorisme pada 2019.
Adapun, menurut menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), tercatat IRGC memiliki kekuatan militer sekitar 190.000 tentara di bawah komandonya.
Perinciannya, pasukan darat yang berbasis di 31 provinsi Iran dan Teheran, yang berjumlah lebih dari 150.000 tentara. Pasukan paramiliter Basij, yang mengklaim dapat memobilisasi sekitar enam ratus ribu sukarelawan.
Selanjutnya, dari angkatan laut memiliki sekitar 20.000 pasukan yang ditugaskan untuk berpatroli di perbatasan maritim Iran, termasuk Selat Hormuz. Sementara itu, angkatan udara IGRC memiliki pasukan sekitar 15.000 orang.