Bisnis.com, JAKARTA - NATO dikabarkan akan mengerahkan hingga 90.000 tentara hanya untuk menghalangi Vladimir Putin.
Dilansir dari Mail Online, NATO berencana mengerahkan 90.000 tentara dalam manuver militer terbesarnya sejak Perang Dingin dalam upaya menghalangi Vladimir Putin sekarang dan pada masa depan.
Untuk mempekuat pasukannya, NATO akan melakukan berbagai serangkaian latihan. Aliansi mengumumkan bahwa latihan tersebut akan dimulai minggu depan, dan akan menguji kemampuan sekutu selama berbulan-bulan untuk terlibat dalam konflik dengan musuh sekuat Rusia.
Latihan Steadfast Defender akan berlangsung hingga akhir Mei dan melibatkan unit-unit dari seluruh 31 negara anggota NATO ditambah calon anggota Swedia, kata Panglima Tertinggi Sekutu NATO Eropa, Jenderal AS Christopher Cavoli, kepada wartawan.
Latihan perang ini dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan baru NATO dan komitmennya untuk membela semua negara sekutu dari serangan.
“Aliansi akan menunjukkan kemampuannya untuk memperkuat kawasan Euro-Atlantik melalui pergerakan kekuatan transatlantik dari Amerika Utara,” kata sang jenderal.
Baca Juga
Pekan lalu diumumkan bahwa Inggris akan mengirimkan 20.000 tentara dengan dua kapal induk baru Angkatan Laut Kerajaan, delapan kapal perang, serta pesawat serang kilat F-35 milik RAF, yang akan berlatih terbang dalam skenario konflik yang ditiru.
Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengumumkan pengerahan tersebut pada hari Senin.
Latihan perang ini terjadi setelah para menteri Inggris mengumumkan paket dukungan tambahan sebesar £2,5 miliar ($3,1 miliar) kepada Ukraina dan serangan udara RAF, bersama AS, terhadap kelompok Houthi di Yaman.
Menurut surat kabar Jerman Bild, Jerman akan mengirimkan 12.000 tentara bersama dengan 3.000 kendaraan dan 30 pesawat.
Mengutip Kantor Pers Jerman, Bild mengatakan latihan tersebut akan menyimulasikan serangan Rusia ke wilayah NATO, sebuah skenario yang akan memicu Pasal 5.
Pasal tersebut menyatakan bahwa jika ada negara NATO yang diserang, semua negara aliansi lainnya akan bergerak untuk mempertahankannya.
Awal pekan ini, pada pertemuan petinggi aliansi 31 negara di Brussels, ketua Komite Militer NATO, Laksamana Bob Bauer, juga mengatakan bahwa di balik alasan Presiden Rusia Putin melakukan perang adalah ketakutan terhadap demokrasi.
Bauer mengatakan NATO akan terus mendukung Ukraina dalam jangka panjang.
"Hari ini adalah hari ke-693 dari apa yang Rusia anggap sebagai perang tiga hari. Ukraina akan mendapat dukungan kami setiap hari karena hasil perang ini akan menentukan nasib dunia," katanya.
“Perang ini tidak pernah mengenai ancaman keamanan nyata terhadap Rusia yang berasal dari Ukraina atau NATO,” tambah Bauer. '