Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Hanya China, Ini Permasalahan yang Dibahas Jelang Pemilu Taiwan 2024

Pemilu Taiwan akan berlangsung Januari 2024. Bukan hanya soal China, para kandidat juga membahas beberapa hal yang menjadi permasalahan.
Lai Ching-te, Wakil Presiden Taiwan dan calon presiden dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa memberi isyarat selama acara kampanye pemilu di Kaohsiung, Taiwan 22 Desember 2023. REUTERS/Ann Wang/File Foto
Lai Ching-te, Wakil Presiden Taiwan dan calon presiden dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa memberi isyarat selama acara kampanye pemilu di Kaohsiung, Taiwan 22 Desember 2023. REUTERS/Ann Wang/File Foto

Bisnis.com, JAKARTA – Pemilu Taiwan akan berlangsung pada bulan Januari 2024. Bukan hanya soal China, para kandidat juga membahas beberapa hal yang menjadi permasalahan menjelang pemungutan suara tersebut.

Melansir CNA pada Rabu (27/12/2023), pemilihan presiden dan parlemen Taiwan pada 13 Januari 2924 akan menentukan bagaimana pulau yang diklaim China sebagai wilayahnya itu akan berhubungan dengan Beijing ke depannya.

Namun, hal ini bukanlah satu-satunya isu yang diperdebatkan dalam rapat umum, konferensi pers, hingga acara bincang-bincang televisi, yang mana hal tersebut dianggap sangat kontras dengan China.

Para kandidat pemilu Taiwan justru saling bertukar pendapat mengenai segala hal, mulai dari sengketa properti hingga perdebatan apakah meminum wiski merupakan hal yang terlarang.

Salah satu topik yang menjadi pusat perhatian di Taiwan adalah terkait rumah masa kecil Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP), yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden dan mencalonkan diri sebagai calon presiden.

Rumah itu dituding telah diperluas secara ilegal oleh keluarganya di sebuah pertambangan batu bara tua di daerah utara Taipei.

Lai sendiri membantah hal itu, dan berjanji untuk menyumbangkan rumah itu untuk diubah menjadi museum penambang.

“Saya telah melihat penduduk desa di wilayah pertambangan khawatir bahwa rumah yang mereka tinggali akan dianggap dibangun secara ilegal dan akan dibongkar. Saya sangat menyesal atas hal ini. Merupakan tanggung jawab saya untuk membantu semua orang menemukan cara untuk melindungi hak atas rumah mereka,” kata Lai pekan lalu.

Kepemilikan properti dua kandidat presiden lainnya, yakni Hou Yu-ih dari partai oposisi utama Kuomintang (KMT) dan Ko Wen-je dari partai kecil Partai Rakyat Taiwan (TPP), juga mendapat perhatian.

DPP mengkritik Ko karena memiliki lahan pertanian bersama yang secara ilegal diubah menjadi tempat parkir.

Sementara itu, Hou dikritik karena mengambil keuntungan dari persewaan sejumlah besar apartemen milik istrinya.

Ko berjanji akan membongkar tempat parkir itu.

Hou membantah melakukan kesalahan, dan istrinya mengatakan bahwa apartemen tersebut bukan miliknya sedari awal, dan mengecam balik DPP atas kecurigaan politik dan pencorengan nama baik.

Sementara itu, Jaw Shaw-kong selaku cawapres Hou mengatakan bahwa tidak ada yang dipaksa tinggal di apartemen tersebut, banyak di antaranya justru disewakan kepada pelajar.

"Jika orang-orang berpikir harganya terlalu mahal, maka boikotlah mereka," kata Jaw kepada wartawan.

Memugar bangunan secara ilegal atau memanfaatkan lahan pertanian untuk keperluan lain disebut merupakan masalah yang kerap terjadi di Taiwan, mengingat peraturan yang tidak jelas atau tidak ditegakkan.

Adapun, dalam poling elektabilitas calon presiden Taiwan, Lai unggul sekitar 5% dibandingkan para pesaingnya, meskipun beberapa menunjukkan Hou hanya tertinggal satu atau dua persen.

Salah satu fokus ketiga partai pengusung kandidat tersebut adalah bagaimana menarik generasi muda, dengan sekitar 1 juta pemilih baru yang berhak memberikan suara dalam pemilu kali ini.

Ko telah fokus pada isu-isu penting seperti tingginya biaya perumahan, dan kaum muda telah berbondong-bondong mengikuti aksinya, meskipun dia tertinggal dalam jajak pendapat.

Namun, TPP diserang karena dianggap tidak relevan dengan masyarakat umum karena cawapres pasangan Ko, Cynthia Wu, merupakan keluarga pemegang saham utama konglomerat Grup Shin Kong.

Penentang TPP mengejek Wu karena komentarnya pada debat wakil presiden pada Jumat lalu, di mana dia berkata, "Ketika saya masih muda, semua orang suka minum Johnnie Walker," mengacu pada jenis wiski Scotch yang populer.

Wang Ting-yu, seorang anggota parlemen senior DPP, membalas dengan ucapan bahwa dia justru banyak minum air putih ketika masih muda. Namun, Wu meremehkan tanggapan tersebut.

"Sarsaparilla, bir, jus jambu biji, dan Johnnie Walker bagi kami orang Tionghoa adalah apa yang harus ada di meja untuk diminum. Oke? Jadi tidak perlu diributkan," katanya kepada wartawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper