Bisnis.com, JAKARTA - Para analis menyatakan pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dapat membentuk kembali arah baru.
Korea Utara yang selama ini tertutup dan tidak saling percaya dengan negara lain, kini telah berurusan dengan mitranya di Moskow Rusia.
Saat Kim Jong-un mengunjungi Rusia untuk pertama kalinya pada 2019, pertemuan puncak dengan Putin hampir tidak terlihat, justru lebih mencolok dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan berbagai kunjungan untuk bertemu dengan satu-satunya sekutu dan mitra ekonomi utamanya, China.
Hubungan Korea Utara dengan Rusia menjadi sorotan pada tahun ini, Kim Jong-un memilih Rusia dan bukan China sebagai kunjungan luar negeri pertamanya, sejak sebelum pandemi Covid-19.
Para analis mengatakan bahwa kunjungannya itu meningkatkan prospek bahwa dia mungkin ingin menyeimbangkan dua kekuatan besar di perbatasannya antara satu sama lain.
Menurut analis dari Universitas Federal Timur Jauh Rusia Artyom Lukin mengatakan bahwa masih perlu melihat kemungkinan Putin dan Kim Jong-un menyetujui sesuatu yang substantif seperti kesepakatan senjata atau bantuan ekonomi.
Baca Juga
Meski begitu, langkah mereka untuk memperbaiki hubungan dapat berimplikasi pada perang di Ukraina, ketegangan dengan Korea Selatan dan Jepang, dan persaingan China-AS.
"Korea Utara pada dasarnya sendirian, tanpa sekutu sejati. Sekarang Korea Utara membutuhkan sekutu dalam arti politik-militer yang sesungguhnya," katanya dilansir dari Reuters pada Selasa (12/9/2023).
Menurutnya, China akan menjadi sekutu dan pelindung utama Korea Utara, tetapi Rusia juga akan memiliki peran.
"Tidak seperti aliansi Cina-Korea Utara, aliansi Rusia-Korea Utara akan menjadi aliansi yang setara," tambahnya.
Adapun sejak awal pemerintahannya, hubungan Kim Jong-Un dengan China dan Rusia sangat dingin, dengan kedua negara tersebut bergabung dengan sanksi internasional terhadap Korea Utara atas program senjata nuklir dan rudalnya.
Namun, Kim Jong-un telah bergerak untuk memperbaiki hubungan dan memanfaatkan persaingan yang telah memecah belah China dan Rusia dari AS dan lainnya sejak 2018.
Korea Utara dan Rusia membantah bahwa Korea Utara akan memasok senjata ke Rusia, tetapi mereka telah bersumpah untuk meningkatkan hubungan militer, mungkin termasuk latihan bersama, dan diskusi juga dapat mencakup bantuan kemanusiaan Rusia ke Korea Utara.
Beberapa analis dan diplomat yang berbasis di Beijing mengatakan bahwa China mungkin melihat keputusan Kim Jong-un untuk mengunjungi Rusia dalam perjalanan internasional pertamanya itu sebagai hal kecil.
Kim Jong-un mengunjungi Xi Jinping di Beijing dalam perjalanan luar negerinya yang pertama kali diketahui sebagai pemimpin pada 2018, dan mereka terakhir kali bertemu ketika Xi Jinping mengunjungi Korea Utara pada 2019, tepat sebelum pandemi Covid-19 meletus.