Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terbongkar! Jaringan Perdagangan Manusia Paksa Warga Kuba Berperang Demi Rusia di Ukraina

Kuba mengungkap jaringan perdagangan manusia yang memaksa warganya untuk berperang demi Rusia dalam perang di Ukraina,
Tank-tank Ukraina masuk ke kota,setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, Ukraina, Kamis (24/2/2022).REUTERS/Carlos Barria
Tank-tank Ukraina masuk ke kota,setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, Ukraina, Kamis (24/2/2022).REUTERS/Carlos Barria

Bisnis.com, JAKARTA - Kuba telah mengungkap jaringan perdagangan manusia yang memaksa warganya untuk berperang demi Rusia dalam perang di Ukraina, kata Kementerian Luar Negeri Kuba pada Senin (4/9/2023), seraya menambahkan bahwa pihak berwenang Kuba berupaya untuk “menetralisir dan membongkar” jaringan tersebut.

Melansir Channel News Asia, Selasa (5/9/2023), kementerian memberikan sedikit rincian, namun mencatat bahwa jaringan perdagangan manusia beroperasi di negara Kepulauan Karibia, ribuan kilometer dari Moskow, dan di Rusia.

“Kementerian Dalam Negeri… sedang berupaya untuk menetralisir dan membongkar jaringan perdagangan manusia yang beroperasi dari Rusia untuk memasukkan warga negara Kuba yang tinggal di sana, dan bahkan beberapa dari Kuba, ke dalam pasukan militer yang berpartisipasi dalam operasi perang di Ukraina,” kata Kementerian Luar Negeri Kuba dalam sebuah pernyataan.

“Kuba bukan bagian dari perang di Ukraina,” tambah kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan terhadap siapa pun yang berpartisipasi dalam segala bentuk perdagangan manusia untuk tujuan perekrutan atau tentara bayaran bagi warga negara Kuba untuk menggunakan senjata melawan negara mana pun.

Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez mengatakan dalam sebuah postingan di X, sebelumnya Twitter, bahwa pemerintah bertindak dengan kekuatan hukum penuh terhadap operasi perdagangan manusia.

Pemerintah Rusia belum mengomentari tuduhan bahwa Rusia tahun lalu mengumumkan rencana untuk meningkatkan jumlah angkatan bersenjatanya lebih dari 30 persen menjadi 1,5 juta personel tempur, sebuah tujuan yang menjadi lebih sulit karena banyaknya korban jiwa yang belum diungkap dalam peperangan tersebut.

Pada akhir Mei, sebuah surat kabar Rusia di kota Ryazan melaporkan bahwa beberapa warga Kuba telah menandatangani kontrak dengan angkatan bersenjata Rusia dan telah dikirim ke Ukraina dengan imbalan kewarganegaraan Rusia.

Belum jelas apakah pernyataan Kementerian Luar Negeri Kuba ada hubungannya dengan laporan Ryazan.

Namun pemerintah Kuba mengatakan pihaknya sudah mulai mengadili kasus-kasus di mana warganya dipaksa berperang di Ukraina.

“Upaya seperti ini telah dinetralisir dan proses pidana telah dimulai terhadap orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ini,” bunyi pernyataan Senin (4/9/2023).

Moskow dan Havana telah meningkatkan hubungan baru-baru ini. Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada akhir tahun lalu.

Pada bulan Juni, Menteri Pertahanan Kuba Alvaro Lopez Miera diterima oleh rekannya Sergei Shoigu.

Ukraina mengatakan pada hari Senin (4/5/2023) bahwa mereka telah memperoleh beberapa kemajuan melawan pasukan Rusia di selatan dan timur, seiring dengan upaya mereka melancarkan serangan balasan yang sangat diawasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper