Bisnis.com, JAKARTA - Tsai Tsung-lin, mantan tentara Taiwan, telah keliling negara dengan berjalan kaki sambil mengenakan seragam kamuflase dan memegang senapan plastik selama lebih dari sebulan. Dia membawa pesan kepada rekan senegaranya: bersiaplah untuk perang.
Dilansir dari Reuters, mantan tentara berusia 22 tahun yang diberhentikan dari militer pada Juli 2023 berharap perjalanannya dapat membantu meningkatkan kesadaran pertahanan sipil dan menyatukan rakyat Taiwan di tengah ketegangan dengan China.
China yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya telah meningkatkan aktivitas militer untuk mencoba memaksa Taiwan yang diperintah secara demokratis agar menerima kedaulatan Beijing meskipun ada keberatan dari pemerintah di Taipei.
Pekan lalu, China kembali melakukan latihan di dekat Taiwan. Kali ini sebagai protes terhadap transit singkat Wakil Presiden Taiwan William Lai di Amerika Serikat dalam perjalanan ke Paraguay.
"Kami tahu bahwa situasinya tidak akan baik jika ini (ancaman terus-menerus dari China) terus berlanjut. Saya ingin masyarakat bersiap menghadapi perang dengan tujuan tertentu," kata Tsai kepada Reuters di kota pelabuhan utara, Keelung, setelah berjalan lebih dari 900 kilometer (560 mil) di sekitar Taiwan.
Tsai membawa bendera Taiwan besar yang menempel di ranselnya dan tanda kuning bertuliskan "Berkeliling pulau meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melawan musuh".
Baca Juga
Tsai yang perjalanannya diikuti secara luas di media sosial di Taiwan mengatakan bahwa dia disambut dengan hangat ke mana pun dia pergi dengan orang-orang yang menawarkan makanan dan minuman gratis dan kadang-kadang terjadi perdebatan mengenai ketegangan dengan China.
"Dia adalah panutan bagi generasi muda di negara ini. Saya pikir dia hebat," kata Huang, seorang pedagang yang meminta untuk disebutkan namanya hanya dengan nama belakangnya setelah menawarkan Tsai makanan penutup dingin untuk mengatasi panas terik.
Tsai mengatakan bahwa dia tidak tahu berapa lama dia akan melakukan perjalanan tersebut, tetapi dia tidak akan berhenti sampai pesannya disampaikan ke seluruh Taiwan.
"Ini bukan hari libur, ini penyiksaan diri. Ini sangat berat," katanya. (Nizar Fachri Rabbani)