Bisnis.com, SOLO - Puasa Asyura yang dilaksanakan setiap 10 Muharram menjadi kesempatan bagi umat muslim untuk bertaubat.
Meskipun sunnah dilakukan, namun puasa ini memiliki keutamaan besar bagi mereka yang melakukannya.
Di bulan Muharram, Allah SWT akan menebus dosa seseorang selama satu tahun yang lalu dengan berpuasa. Puasa tersebut yakni Sunnah Asyura.
Adapun Puasa Asyura yang dilaksanakan setiap 10 Muharram, pada tahun ini jatuh pada Jumat, 28 Juli 2023.
Selain diampuni dosanya selama satu tahun penuh, Allah juga masih memberikan keutamaan lain kepada umatnya.
Dikutip dari nu.or.id, seperti hadits yang diriwayatkan Abi Qatadah dikatakan bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang puasa di hari Asyura, beliau menjawab: Meleburkan dosa di tahun yang lalu.
Baca Juga
Berikut 3 keutamaan melakukan puasa sunnah Asyura (10 Muharram):
1. Diampuni dosanya setahun yang lalu
Salah satu keutamaan melakukan puasa sunnah Asyura adalah mendapat mengampunan dari Allah SWT. Ampunan itu berupa penghapusan dosa satu tahun yang lalu.
عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ.
Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat". (HR Muslim)
2. Dapat pahala satu bulan penuh
Keutamaan lain melakukan puasa Asyura yakni mendapat pahala seperti berpuasa selama satu bulan penuh.
عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَاَن لَهُ كَفَارَةً سَنَتَيْنِ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا.
Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: "Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu'jamus Shaghîr. Ini hadits gharîb namun sanadnya tidak bermasalah)". (Abdul Adhim bin Abdul Qawi al-Mundziri, at-Targhîbu wat Tarhîbu minal Hadîtsisy Syarîf, [Beirut, Dârul Kutubil ‘Ilmiyyah], juz II, halaman 70).
selanjutnya...