Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Luar Negeri Yugoslavia Zivadin Jovanovic mengatakan bahwa pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus sebagai tanggapan atas tindakan kolektif negara-negara Barat.
Dia mengatakan bahwa penetapan itu menjadi tanggapan atas eskalasi dan pengaruh langsung negara-negara Nato yang masuk ke dalam konflik Ukraina.
“Saya pikir kesepakatan tentang pengerahan senjata nuklir Rusia di Belarus adalah tanggapan yang sangat serius dan peringatan bagi apa yang disebut kolektif Barat [Amerika Serikat, Nato, Uni Eropa]. Ini adalah tanggapan terhadap eskalasi dan pengaruh langsung oleh negara-negara Nato ke dalam konflik di Ukraina," katanya, seperti dilansir dari TASS, Senin (27/3/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa negara-negara Nato telah melakukan tindakan sembrono karena telah menambah 'bahan bakar' ke dalam api peperangan.
"Tindakan sembrono telah dilakukan dengan menambah bahan bakar ke api melalui senjata canggih, rudal jarak menengah, tank, pesawat tempur, dan senjata ofensif lainnya ke Ukraina untuk menargetkan wilayah Rusia," lanjutnya.
Menurutnya, dengan Inggris dan negara Nato yang berencana memasok Kyiv dengan amunisi, dapat diartikan sebagai awal penggunaan senjata nuklir Rusia.
Baca Juga
"Belarusia mengikuti pernyataan bahwa Inggris Raya dan beberapa negara Nato lainnya berencana untuk memasok Kyiv dengan peluru uranium terdeplesi, yang dapat diartikan sebagai awal dari penggunaan senjata nuklir terhadap pasukan Rusia dan Rusia," tambahnya.
Dia menekankan bahwa Nato menganggap sepele pasokan senjata tersebut, yang pada kenyataannya menurut Jovanovic ialah senjata pemusnah massal.
"Propaganda Nato berusaha untuk meremehkan bahaya senjata semacam itu, yang pada kenyataannya adalah senjata pemusnah massal," ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa penggunaan amunisi uranium seperti itu telah menyebabkan meningkatnya insiden kanker di Yugoslavia pada 1995 dan 1999.
"Lebih baik, biarkan mereka bertanya kepada keluarga ratusan tentara Italia, Spanyol, dan lainnya yang tewas setelah kembali dari misi KFOR [pasukan keamanan internasional pimpinan Nato di Kosovo] seberapa sehat saat menghabiskan waktu di tempat-tempat di mana peluru amunisi uranium digunakan. Akhirnya, jika itu tidak berbahaya, lalu mengapa penggunaannya dilarang di negara-negara anggota Nato?" katanya.
Menurut mantan diplomat top Yugoslavia itu, Barat telah mengerahkan pangkalan besar dengan senjata nuklir di setidaknya 5 negara, yaitu Jerman, Inggris, Italia, Belgia, dan Belanda.
Polandia dan Rumania memiliki sistem pertahanan rudal yang mampu menggunakan hulu ledak nuklir. Terlebih lagi, negara-negara itu yang sejauh ini tidak memiliki senjata nuklir, mengalokasikan sejumlah besar uangnya untuk membeli pesawat pengebom canggih AS yang mampu membawa senjata nuklir.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa atas permintaan Belarusia, Rusia akan mengerahkan senjata nuklir taktisnya di Belarusia, pada Sabtu (25/3/2023).
Putin melakukan itu, mengingat Amerika Serikat (AS) telah lama melakukan hal serupa di wilayah negara-negara sekutunya
Adapun Rusia telah mentransfer sistem rudal Iskander ke Minsk yang dapat mengangkut senjata nuklir. Menurutnya, pembangunan depot senjata nuklir taktis di Belarusia diharapkan dapat selesai pada 1 Juli mendatang.