Bisnis.com, JAKARTA - Hampir satu juta orang di China telah mengajukan izin untuk melakukan perjalanan dari China daratan menuju Hong Kong, Makau, hingga Taiwan sejak perbatasan kembali dibuka pada 8 Januari 2023.
Bandara, terminal feri, hingga pos pemeriksaan darat telah menjadi saksi dari berbagai momen emosional ketika para pelancong bertemu dengan keluarga maupun kerabatnya untuk pertama kalinya sejak Virus Corona ditetapkan sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020.
"Saya sangat senang dan bahagia. Saya sudah lama tidak bertemu mereka," ujar Huang Wenjing, seorang pelancong yang bersiap untuk menyeberangi pos pemeriksaan Futian di Kota Shenzhen kepada Channel News Asia, Selasa (17/1/2023).
Banyak waraga yang juga melakukan foto bersama di spanduk bertuliskan "Selamat datang rekan Hong Kong yang kembali ke Shenzhen" di perbatasan Futian yang menjadi salah satu perbatasan yang kembali dibuka pada momen Tahun Baru Imlek 2023.
Ho Yun Hang bersama sang istri, Xiang Huiqiong menjadi salah satu keluarga yang memutuskan untuk mengabadikan momen kebersamaan mereka di spanduk kedatangan tersebut.
Mereka menjadi salah satu keluarga yang akhirnya kembali melangkah ke China daratan sejak pandemi ditetapkan tiga tahun lalu.
Baca Juga
"Saya datang untuk melihat teman-teman dan istri saya akan kembali ke kampung halamannya, kami semua sangat senang," terang Ho Yun Hang.
Menurut Ho, banyak perubahan yang terjadi sejak terakhir kalinya dia menginjakan kaki di Shenzhen. Akibat pandemi Covid-19, segala hal menjadi berat, ujarnya.
Pelancong Meningkat Jelang Imlek
Menjelang momen Tahun Baru Imlek 2023, sekitar 490.000 warga telah melakukan perjalanan masuk dan keluar China sejak perbatasan dihapuskan pada awal bulan lalu.
Pejabat China menuturkan, jumlah tersebut naik hingga 48,9 persen dibandingkan dengan periode sebelum kebijakan lockdown dicabut.
Dari angka tersebut, sekitar 424.000 orang telah melintasi perbatasan melalui jalur darat atau sekitar 30,1 persen lebih tinggi jika dibandingkan tiga tahun sebelumnya.
Adapun, pos pemeriksaan Futian di Shenzhen menjadi titik tersibuk, di mana terdapat 21.000 warga negara yang menyeberang setiap harinya. Terdapat arus lalu lintas konstan yang menuju ke kedua arah.
Hingga kini, pemerintah telah memperbolehkan 50.000 pengunjung untuk melintas melalui perlintasan darat per harinya. China daratan maupun Hong Kong, telah berencana untuk menambah sebanyak 15.000 kuota bagi pelancong yang akan melintas pada 18 hingga 21 Januari atau empat hari menjelang libur Tahun Baru Imlek 2023.
Meskipun kebijakan lockdown telah dihapuskan, pelancong tetap diharuskan untuk menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 yang diambil dalam waktu tidak lebih dari 48 jam. Ini menjadi salah satu persyaratan perjalanan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.
Namun, hal ini justru mendapat kritik dari banyak warga China lantaran syarat tersebut dinilai akan menyulitkan beberapa kelompok seperti orangtua dan anak-anak yang mungkin tidak mengetahui bagaimana tes dilakukan.
Di sisi lain, tak hanya perjalanan dalam negeri, pemerintah China juga mengharapkan adanya peningkatan jumlah penerbangan internasional. pemerintah menargetkan agar jumlah penerbangan internasional dapat kembali ke 80 persen dari total penerbangan pra-pandemi pada akhir 2023 mendatang.
Pendiri Konsultan Penerbangan Endau Anlytics Shukor Yusuf mengatakan, pembukaan kembali perbatasan ini dapat menjadi kesempatan bagi Hong Kong untuk kembali merebut posisinya sebagai pusat penerbangan global.
Menurut Shukor, China tak perlu khawatir dengan permasalahan logistik maupun tenaga kerja.
"Saya tidak berpikir (logistik dan tenaga kerja) benar-benar menjadi masalah bagi (China) karena ini adalah negara yang sangat besar. Mereka memiliki orang-orang dan keahlian untuk menghadapinya," tutur Shukor.
Cathay Pacific Airways, maskapai andalan kawasan itu, juga menegaskan bahwa mereka akan meningkatkan kapasitas terbang secara bertahap dan memiliki tujuan yang sama dengan pemerintah China, yakni mengembalikan jumlah penerbangan ke tingkat pra-pandemi pada akhir 2023.
"China adalah pemegang saham utama di Cathay Pacific, jadi saya yakin mereka berbicara tentang bagaimana dapat bekerja sama untuk melanjutkan penerbangan dengan kecepatan yang tidak hanya untuk orang asing, tetapi juga bagi orang di China, terutama bagian Selatan yang paling dekat dengan Hong Kong," jelasnya.