Bisnis.com, JAKARTA – NATO berjanji memberi lebih banyak senjata untuk Ukraina, serta membantu perbaikan infrastruktur energi yang rusak parah akibat serangan besar-besaran rudal dan pesawat tak berawak milik Rusia.
Dilansir BBC pada Rabu (30/11/2022), Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuduh Rusia, "mencoba menggunakan musim dingin sebagai senjata perang."
Serangan Rusia telah menyebabkan jutaan warga Ukraina kehilangan akses listrik dan aliran air pada suhu yang sangat dingin.
Di sisi lain, Ukraina selama berbulan-bulan telah meminta NATO untuk mengirim sistem pertahanan udara yang lebih canggih.
Konvensi Jenewa menyebut, bahwa serangan terhadap warga sipil, atau infrastruktur penting untuk kelangsungan hidup mereka, dapat diartikan sebagai kejahatan perang.
Awal pekan ini, jaksa agung Ukraina mengatakan kepada BBC bahwa serangan Rusia termasuk sebuah genosida.
Baca Juga
Pada pertemuan di Berlin, menteri kehakiman dari kelompok negara-negara G7 mengatakan mereka akan mengoordinasikan penyelidikan atas dugaan kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina.
"Pengujian yudisial atas kekejaman yang dilakukan di Ukraina akan memakan waktu bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun. Tapi kami akan mempersiapkan diri dengan baik dan kami akan bertahan selama diperlukan," kata Menteri Kehakiman Jerman Marco Buschmann.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat senior Kremlin lainnya menyangkal tuduhan bahwa pasukannya melakukan kejahatan perang.
Pada Selasa (29/11/2022), NATO mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa serangan bertubi-tubi Rusia ke warga sipil dan jaringan energi Ukraina telah menghilangkan jutaan layanan dasar.
Oleh sebab itu, negara-negara anggota NATO berjanji akan membantu Ukraina memperbaiki infrastruktur energinya dan melindungi warga dari serangan rudal.