Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan berencana menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky paling cepat pekan depan, dalam upaya terbaru untuk menghentikan perang antara kedua negara.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (7/8/2025), menurut sumber yang mengetahui isi pembicaraan tersebut, rencana itu disampaikan Trump dalam panggilan telepon pada Rabu (6/8/2025) waktu setempat yang juga melibatkan Zelensky,
Langkah diplomatik tersebut muncul beberapa jam setelah Putin menjamu utusan khusus AS Steve Witkoff dalam diskusi tertutup selama tiga jam di Moskow. Trump sebelumnya menyatakan melalui media sosial bahwa telah terjadi kemajuan besar dalam pertemuan itu, meskipun dia tetap membuka opsi pengetatan sanksi terhadap pendapatan minyak Rusia.
Gedung Putih belum memberikan komentar resmi terkait rencana pertemuan tersebut.
Pada hari yang sama, Trump menggandakan tarif impor atas produk India menjadi 50% sebagai sanksi atas keputusan New Delhi membeli energi dari Rusia. Pejabat AS juga tengah mempertimbangkan langkah tambahan untuk memutus aliran pendapatan energi yang menjadi sumber utama pendanaan perang Rusia di Ukraina.
Pemerintahan Trump dikabarkan sedang mengkaji sanksi baru terhadap armada kapal tanker bayangan milik Rusia, serta sejumlah entitas yang memfasilitasi operasional kapal-kapal tersebut.
Baca Juga
“Setelahnya, saya memberi pembaruan kepada beberapa sekutu Eropa. Semua sepakat bahwa perang ini harus segera diakhiri, dan kami akan bekerja ke arah itu dalam beberapa hari dan pekan mendatang,” kata Trump dalam unggahannya.
Kendati begitu, seorang pejabat Gedung Putih menyebut AS masih berencana menerapkan sanksi sekunder terhadap Rusia pada Jumat (8/8/2025), meskipun mereka menilai pertemuan Witkoff–Putin cukup memuaskan.
Pemerintah Rusia belum banyak berkomentar soal pertemuan tersebut. Penasihat kebijakan luar negeri Kremlin, Yuri Ushakov, hanya mengatakan bahwa Putin telah bertukar sinyal dengan Trump terkait Ukraina, tanpa merinci lebih jauh.
Di sisi pasar, harga minyak dunia kembali melemah untuk hari kelima berturut-turut, seiring kecemasan investor terkait potensi kebijakan energi terbaru dari Trump.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 1,2% dan ditutup sedikit di atas US$64 per barel. Ini menjadi rentetan penurunan harian terpanjang sejak September 2024, seiring spekulasi bahwa Trump mungkin mengambil pendekatan yang lebih lunak terhadap Rusia dibandingkan sinyal awal dari Gedung Putih.
Harga minyak berjangka turun lebih dalam setelah laporan bahwa Trump berencana bertemu langsung dengan Putin secepatnya pekan depan.
Kapal tanker bayangan Rusia memainkan peran penting dalam menyalurkan minyaknya ke pasar global, meskipun terkena sanksi dari AS dan Eropa.
“Armada tanker bayangan adalah tulang punggung penghindaran sanksi dan pendanaan perang Rusia,” tulis Kepala Staf Presiden Ukraina Andriy Yermak di platform X.
Seorang sumber menyebutkan, pemerintah AS tengah mempertimbangkan berbagai opsi untuk membatasi pendapatan energi Rusia, termasuk tindakan terhadap perusahaan minyak dan penguatan penerapan sanksi yang telah ada.