Bisnis.com, JAKARTA – Sedikitnya 100 orang tewas dalam dua ledakan bom mobil di Ibu Kota Somalia, Mogadishu, Sabtu (29/10/2022) waktu setempat.
Dilansir dari Washington Post, Minggu (30/10/2022), Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud mengatakan bahwa ledakan bom ini juga menyebabnya hampir 300 orang mengalami luka-luka dan jumlah korban diperkirakan masih bertambah.
“Kami meminta mitra internasional kami dan Muslim di seluruh dunia untuk mengirim dokter mereka ke sini karena kami tidak dapat mengirim semua korban ke luar negeri untuk perawatan,” ungkap Presiden Hassan.
Kelompok ekstremis al-Shabab yang terkait dengan al-Qaida mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Kelompok ini menguasai sebagian besar negara dan sering menargetkan ibu kota dalam aksinya.
Mereka mengatakan pihaknya menargetkan kementerian pendidikan. Mereka mengklaim kementerian itu adalah basis musuh yang menerima dukungan dari negara-negara non-Muslim dan berkomitmen untuk mengeluarkan anak-anak Somalia dari agama Islam.
Al-Shabab biasanya tidak membuat pernyataan tanggung jawab ketika sejumlah besar warga sipil terbunuh seperti dalam ledakan tahun 2017 silam. Namun kali ini mereka mengakui terprovokasi oleh serangan oleh pemerintah yang juga mengincar akses keuangan kelompok ini.
Baca Juga
Mereka berkomitmen mereka akan berperang sampai negara itu diperintah oleh hukum Islam, dan meminta warga sipil untuk menjauh dari wilayah pemerintah.
Presiden Hassan mengatakan Somalia masih tetap berperang dengan al-Shabab akan meraih kemenangan dari kelompok tersebut.
Serangan di Mogadishu terjadi pada hari ketika presiden, perdana menteri, dan pejabat senior lainnya bertemu untuk membahas peningkatan upaya memerangi ekstremisme, terutama al-Shabab.
Para ekstremis menanggapi upaya tersebut dengan membunuh para pemimpin klan terkemuka dalam upaya nyata untuk menghalangi dukungan dari etnis akar rumput.
Saksi-saksi serangan tersebut tercengang. "Saya tidak bisa menghitung mayat di tanah karena (jumlah) korban jiwa," kata saksi mata Abdirazak Hassan.
Dia mengatakan ledakan pertama meledakkan tembok pembatas kementerian pendidikan, tempat para pedagang kaki lima dan penukaran uang berada.
Seorang wartawan Associated Press di tempat kejadian mengatakan ledakan kedua terjadi di depan sebuah restoran yang ramai saat jam makan siang. Ledakan menghancurkan tuk-tuk dan kendaraan.
Somali Journalists Syndicate mengatakan satu wartawan tewas dan dua lainnya terluka oleh ledakan kedua saat bergegas ke tempat kejadian pertama. Layanan ambulans Aamin mengatakan ledakan kedua menghancurkan salah satu kendaraan yang meresponsnya.
Amerika Serikat menggambarkan al-Shabab sebagai salah satu organisasi turunan al-Qaida paling mematikan dan menargetkannya dengan sejumlah serangan udara dalam beberapa tahun terakhir. Ratusan personel militer AS telah kembali ke negara itu setelah mantan Presiden Donald Trump menarik mereka.