Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol membantah tudingan telah memberikan senjata mematikan ke Ukraina. Hal itu disampaikan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa keputusan itu bisa menghancurkan hubungan bilateral kedua negara.
"Kami telah memberikan bantuan kemanusiaan dan damai ke Ukraina dalam solidaritas dengan masyarakat internasional tetapi tidak pernah senjata mematikan atau hal-hal semacam itu," kata Yoon kepada wartawan pada Jumat (28/10/2022), menurut Kantor Berita Korea Selatan Yonhap, dikutip dari AlJazeera.com
Yoon menegaskan bahwa prioritas pemerintah Korsel adalah menjaga kedaulatan negara sehingga hubungan damai dan baik dengan semua negara di dunia, termasuk Rusia sangat diperlukan.
Meskipun demikian kantor berita Yonhap menyebut Seoul telah mengirimkan rompi antipeluru, helm, dan perlengkapan militer non-mematikan lainnya serta pasokan medis ke Ukraina. Namun, permintaan senjata dari Kyiv tidak dipenuhi Korsel.
Alasannya, sekutu Amerika Serikat (AS) ini berusaha untuk menghindari permusuhan dengan Rusia, baik karena alasan ekonomi dan pengaruh yang dapat diberikan Moskow atas Korea Utara (Korut).
Konflik antara Korsel dan Korut semakin meruncing belakangan ini. Diberitakan sebelumnya, militer Korsel melepas 20 tembakan peringatan ke kapal Korut yang sedang melintas di Garis Batas Utara (NLL) di Laut Kuning. Mendapat peringatan tersebut, Korea Utara juga membalas dengan satu kali tembakan sebagai tanggapan.
Baca Juga
Dilansir dari Yonhap News pada Senin (24/10/2022), Kepala Gabungan Korea Selatan menjelaskan sebuah kapal dagang Korea Utara melanggar NLL yang merupakan perbatasan maritim de facto di Baengnyeong pada pukul 3:42 pagi waktu setempat.
Kapal tersebut mundur kembali setelah Angkatan Laut Korea Selatan melepaskan sekitar 20 tembakan peringatan. Tidak lama setelah peringatan tersebut, militer Korea Utara mengklaim ada sebuah kapal perang Korea Selatan melanggar batas laut barat dan menembakkan sebanyak 10 peluru artileri ke laut barat.