Bisnis.com, JAKARTA – Lebih dari 150 orang tewas dalam bentrokan antarsuku di Sudan atas sengketa tanah di negara bagian Blue Nile yang terjadi sejak Rabu (19/10/2022).
Dilansir Al Jazeera pada Jumat (21/10/2022), bentrokan ini merupakan yang terburuk dalam beberapa bulan terakhir. Banyak warga banyak turun ke jalan-jalan di ibu kota negara bagian Blue Nile, Damazin, untuk mengutuk konflik tersebut.
Kepala rumah sakit Wad al-Mahi Abbas Moussa mengatakan 150 orang yang tewas tersebut juga terdapat wanita, anak-anak dan orang tua.
“Sekitar 86 orang juga terluka dalam kekerasan itu,” ungkap Abbas.
Ketegangan di Blue Nile dimulai pekan lalu setelah dilaporkan adanya perselisihan atas tanah antara anggota suku Hausa dan kelompok suku lainnya. Penduduk melaporkan ratusan orang melarikan diri karena perang senjata terjadi. Rumah-rumah juga turut dibakar dalam bentrokan ini.
Bentrokan berpusat di sekitar daerah Wad al-Mahi dekat Roseires, 500 kilometer (km) selatan ibu kota Sudan, Khartoum.
Baca Juga
Pada hari Kamis, ratusan orang berbaris menuju Damazin, beberapa menyerukan agar gubernur negara bagian itu dipecat.
Kepala utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Sudan Eddie Rowe mengungkapkan keprihatinnya terhadap bentrokan antarsuku yang terus berlanjut tersebut.
“170 orang yang belum dikonfirmasi telah tewas dan 327 terluka sejak kerusuhan dimulai pada 13 Oktober,” ungkap Eddie.
Pada hari Kamis, sebuah kelompok yang mewakili suku Hausa mengatakan mereka telah diserang oleh orang-orang yang bersenjatakan senjata berat selama dua hari terakhir, tetapi tidak menyalahkan suku atau kelompok tertentu atas serangan itu.
Hausa mengeluarkan pernyataan yang menyerukan de-eskalasi dan penghentian serangan yang dianggap sebagai genosida dan pembersihan etnis Hausa. Suku itu telah lama terpinggirkan dalam masyarakat Sudan.
Negara bagian Blue Nile adalah rumah bagi belasan kelompok etnis yang berbeda. Ujaran kebencian dan rasisme sering mengobarkan ketegangan antarsuku selama dalam beberapa dekade terakhir.