Bisnis.com, JAKARTA - Banjir di Sudan menewaskan sedikitnya 134 orang dan menghancurkan puluhan ribu rumah di musim hujan yang sedang berlangsung di negara timur laut Afrika itu, menurut pihak kepolisian kemarin.
Hujan lebat biasanya turun antara Mei dan Oktober di Sudan, sehingga mengakibatkan banjir parah setiap tahun, merusak properti, infrastruktur, dan tanaman.
Dewan Nasional untuk Pertahanan Sipil Sudan menyatakan, banjir telah menewaskan total 134 orang dan menyebabkan 120 lainnya terluka. Bencana itu juga merusak atau menghancurkan lebih dari 128.000 rumah sejauh musim hujan ini.
Air terlihat menutupi desa-desa dan jalan-jalan dalam rekaman banjir yang ditayangkan di televisi pemerintah.
Warga berlindung di bawah tenda darurat yang terbuat dari kain seadanya setelah air banjir menghanyutkan rumah-rumah yang terbuat dari bata lumpur.
Bulan lalu, pemerintah mengumumkan keadaan darurat akibat banjir di enam dari 18 negara bagian Sudan. Korban tewas musim ini telah meningkat dari 112 yang diberikan awal bulan ini.
Baca Juga
Dalam angka terakhir, jumlah kematian tertinggi terjadi di negara bagian tengah Kordofan Utara, sedangkan angka rumah runtuh terbesar tercatat di negara bagian Nil Putih selatan.
Penyebab utama kematian adalah rumah yang runtuh, tenggelam dan tersengat listrik.
Kantor berita resmi SUNA menyatakan sebuah rumah sakit rusak parah akibat banjir di sebuah desa di negara bagian Kassala di bagian timur. "Toilet ambruk, pintu dan jendela rumah sakit Um Gargour pecah," menurut laporan SUNA seperti dikutip France24.com, Jumat (16/9/2022).
Desa-desa saat ini dikelilingi oleh air yang mengancam lebih banyak rumah dan fasilitas.
PBB, mengutip angka pemerintah, menyatakan pekan ini bahwa banjir sejauh ini telah mempengaruhi 286.400 orang.
Negara bagian timur Gedaref dan Kassala, negara bagian Kordofan Utara dan Selatan, negara bagian Sungai Nil, dan wilayah Darfur termasuk di antara yang terkena dampak terburuk, menurut badan PBB, UNICEF.
PBB telah memperingatkan bahwa banjir tahun ini dapat mempengaruhi hingga 460.000 orang atau jauh lebih tinggi dari rata-rata 388.600 orang yang terkena dampak setiap tahun antara 2017 dan 2021.
Bencana itu terjadi ketika Sudan dilanda kerusuhan politik yang semakin dalam dan krisis ekonomi yang meningkat dan diperburuk oleh kudeta militer tahun lalu yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al-Burhan.