Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pesan Jokowi untuk Pemain Startup: Hati-Hati, 90 Persen Gagal Merintis!

Jokowi menekankan, pembentukan perusahaan rintisan (startup) perlu melihat kebutuhan pasar. Juga, perlu didukung ekosistem berkesinambungan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (26/9/2022) menekankan pembentukan perusahaan rintisan (startup) perlu melihat kebutuhan pasar yang ada. JIBI/Bisnis-Akbar Evandio
Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (26/9/2022) menekankan pembentukan perusahaan rintisan (startup) perlu melihat kebutuhan pasar yang ada. JIBI/Bisnis-Akbar Evandio

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan, pembentukan perusahaan rintisan (startup) perlu melihat kebutuhan pasar yang ada. Bahkan, perusahaan rintisan juga perlu didukung ekosistem berkesinambungan agar dapat berhasil masuk ke pasar dan peluang yang ada.

“Hati-hati, 80 persen sampai 90 persen startup gagal saat merintis. Karena sekali lagi, tidak melihat kebutuhan pasar yang ada,” tegasnya dalam acara peresmian pembukaan BUMN Startup Day Tahun 2022, Senin (26/9/2022).

Untuk diketahui, perusahaan rintisan (startup) memang dihadapkan dengan banyak problematika yang membuatnya rentan untuk lebih banyak gagal ketimbang berhasil.

Data Statista pada 2020 memperkirakan bahwa sekitar 305 juta startup dibuat setiap tahun, hal tersebut turut didorong karena ada sekitar 472 juta pengusaha di dunia.

Meskipun arus pertumbuhan startup di tingkat global begitu deras, tetapi data Startup Genome pada 2020 menunjukkan bahwa 9 dari 10 perusahaan rintisan, termasuk yang bermukim di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS) belum berhasil mencapai keuntungan dan terpaksa untuk kandas di tengah jalan.

Laporan tersebut juga menyebut, rata-rata perusahaan rintisan sebanyak 50 persen gagal pada tahun kelima berjalan dan 30 persen gagal di tahun kedua, sementara 20 persen yang gagal dan bubar pada tahun pertama.

Alasan kegagalannya beragam, mayoritas perusahaan rintisan gagal karena salah satunya karena mengalami kendala teknologi dan finansial sebesar 22 persen, apabila dijabarkan menyebut lebih dari 50 persen pendiri tidak memiliki anggaran untuk proyek mereka dan 75 persen mendanai perusahaan secara mandiri sehingga masih menemui kesulitan untuk mengelola anggaran keuangan karena tidak memiliki keilmuan di bidang keuangan.

Selain itu, sebanyak 6 persen kesalahan terbesar perusahaan rintisan adalah berinvestasi berlebihan dalam teknologi mahal sebelum memahami pengelolaan anggaran dalam kebutuhan pemasaran.

Sementara itu, menurut laporan CBInsight bertajuk The Top 12 Reasons Startups Fail turut menemukan 29 persen perusahaan rintisan gagal karena pemakaian uang yang tidak bijaksana lantaran kesulitan dalam pemenuhan standar anggaran keuangan yang tepat dan bijaksana.

Fenomena bakar uang pun tidak asing di industri rintisan, sehingga mayoritas rintisan belum realistis dengan kondisi keuangan perusahaan. Selain itu, banyak startup masih mengalami kesulitan yaitu 18 persen perusahaan rintisan gagal karena sulit menyeimbangkan harga dengan biaya.

Tidak hanya itu, data lain juga menunjukan bahwa rasio kegagalan perusahaan rintisan memang sangat tinggi, di mana 75 persen startup yang sedang berkembang mengalami kegagalan dalam perkembangannya yang dikarenakan kegagalan pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan yang terbatas.

Akibatnya, startup tidak mendapatkan siklus perputaran uang yang baik, bahkan tidak memperoleh pendapatan yang memadai dalam awal-awal tahun keberjalanannya karena ketidakmampuan dalam membuat laporan keuangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper