Bisnis.com, SOLO - Vladimir Putin disebut telah memberikan ancaman terselubung untuk menggunakan nuklir dalam perang melawan Ukraina.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu, pemimpin Rusia tersebut telah mengumumkan mobilisasi parsial di mana semua orang di negara tersebut harus mau perang jika diperlukan negara.
Mobilisasi ini juga mencakup penggunaan seluruh senjata yang dimiliki Rusia jika mereka terancam, termasuk senjata nuklir.
"Mereka yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga dapat berbelok ke arah mereka. Ini bukan gertakan," kata Putin.
Lalu apa dampak jika Vladimir Putin benar-benar menekan tombol nuklir?
Analis mengatakan Moskow kemungkinan mengatakan jika saat ini Rusia memiliki dua tipe nuklir yakni taktis dan strategis.
Baca Juga
Nuklir taktis adalah senjata kecil yang kekuatannya mulai dari 0,3 kiloton hingga 100 kiloton daya ledak.
Bom taktis dirancang untuk memiliki dampak terbatas di medan perang. Efek yang ditimbulkan akan lebih ringan ketimbang nuklir strategis.
Sementara senjata nuklir strategis khusus dirancang untuk berperang dan memenangkan perang habis-habisan.
Tapi yang dimaksud kecil itu bukan tanpa efek. Sebagai informasi, nuklir yang dijatuhkan AS ke Hiroshima dulu memiliki kekuatan 15 kiloton saja.
Para analis mengatakan tujuan Rusia dalam menggunakan bom nuklir taktis di Ukraina adalah untuk menakut-nakutinya agar menyerah atau tunduk pada negoisasi yang dilakukan.
Meski demikian, Mark Cancian, seorang ahli militer dengan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington, mengatakan Rusia tidak akan menggunakan satu nuklir taktis saja untuk merebut wilayah seluas 32 km.
“Hanya menggunakan satu tidak akan cukup,” kata Cancian.