Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jika Vladimir Putin Pencet Tombol Nuklir, Ukraina Bisa Jadi Hiroshima Chapter 2?

Vladimir Putin telah memberi peringatan jika Rusia bisa saja menggunakan nuklir dalam perang melawan Ukraina.
Suasana  kompleks apartemen rusak berat setelah penembakan semalam saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut di Kharkiv, Ukraina. REUTERS/Leah Millis
Suasana kompleks apartemen rusak berat setelah penembakan semalam saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut di Kharkiv, Ukraina. REUTERS/Leah Millis

Bisnis.com, SOLO - Vladimir Putin disebut telah memberikan ancaman terselubung untuk menggunakan nuklir dalam perang melawan Ukraina.

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu, pemimpin Rusia tersebut telah mengumumkan mobilisasi parsial di mana semua orang di negara tersebut harus mau perang jika diperlukan negara.

Mobilisasi ini juga mencakup penggunaan seluruh senjata yang dimiliki Rusia jika mereka terancam, termasuk senjata nuklir.

"Mereka yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga dapat berbelok ke arah mereka. Ini bukan gertakan," kata Putin.

Lalu apa dampak jika Vladimir Putin benar-benar menekan tombol nuklir?

Analis mengatakan Moskow kemungkinan mengatakan jika saat ini Rusia memiliki dua tipe nuklir yakni taktis dan strategis.

Nuklir taktis adalah senjata kecil yang kekuatannya mulai dari 0,3 kiloton hingga 100 kiloton daya ledak.

Bom taktis dirancang untuk memiliki dampak terbatas di medan perang. Efek yang ditimbulkan akan lebih ringan ketimbang nuklir strategis.

Sementara senjata nuklir strategis khusus dirancang untuk berperang dan memenangkan perang habis-habisan.

Tapi yang dimaksud kecil itu bukan tanpa efek. Sebagai informasi, nuklir yang dijatuhkan AS ke Hiroshima dulu memiliki kekuatan 15 kiloton saja.

Para analis mengatakan tujuan Rusia dalam menggunakan bom nuklir taktis di Ukraina adalah untuk menakut-nakutinya agar menyerah atau tunduk pada negoisasi yang dilakukan.

Meski demikian, Mark Cancian, seorang ahli militer dengan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington, mengatakan Rusia tidak akan menggunakan satu nuklir taktis saja untuk merebut wilayah seluas 32 km.

“Hanya menggunakan satu tidak akan cukup,” kata Cancian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Al Arabiya
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper