Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa surat kabar garis keras di Iran memuji pria yang menyerang dan melukai penulis kontroversial Salman Rushdie, yang novelnya 'The Satanic Verses' (Ayat-Ayat Setan) membuatnya mendapat ancaman pembunuhan dari Iran sejak 1989.
Belum ada reaksi resmi di Iran atas serangan terhadap Rushdie, yang ditikam di bagian leher dan dada pada Jumat (12/8/2022) saat berada di atas panggung dalam sebuah acara di Negara Bagian New York.
Namun, surat kabar garis keras Kayhan yang pemimpin redaksinya ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, menulis:
"Seribu pujian ... untuk orang pemberani dan berbakti yang menyerang Salman Rushdie yang murtad dan jahat di New York."
"Tangan pria yang merobek leher musuh Tuhan harus dicium".
Pemimpin revolusi Islam Iran 1979, mendiang Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan fatwa pada 1989 yang menyerukan agar umat Islam di seluruh dunia membunuh penulis kelahiran India tersebut setelah bukunya dikutuk sebagai penistaan.
Baca Juga
Akibat ancaman tersebut, Rushdie hidup dalam persembunyian selama bertahun-tahun.
Pada 2019, Twitter memblokir akun Ali Khamenei karena cuitan yang mengatakan bahwa fatwa Khomeini terhadap Rushdie 'tetap berlaku dan tidak dapat dibatalkan'.
Sementara itu, situs berita Asr pada Sabtu (13/8/2022) memuat kutipan yang sering disampaikan oleh Khamenei bahwa "panah" yang ditembakkan oleh Khomeini "suatu hari akan mengenai sasaran".
Sebuah organisasi keagamaan Iran yang kaya menawarkan hadiah US$2,7 juta (Rp39,5 miliar) kepada siapa saja yang melaksanakan fatwa Khomeini. Jumlah tersebut meningkat menjadi US$3,3 juta (Rp48,3 miliar) pada 2012.
Surat kabar garis keras Vatan Emrooz menulis judul berita di halaman depan yang berbunyi, "Pisau di leher Salman Rushdie".
Sementara, harian Khorasan memuat tajuk utama "Setan dalam perjalanan ke neraka".
Polisi New York mengidentifikasi tersangka pelaku penikaman sebagai Hadi Matar, pria 24 tahun dari Fairview, New Jersey, yang membeli tiket untuk acara tersebut di Chautauqua Institution. Belum diketahui motif di balik serangan itu.
Rushdie dipasangi ventilator dan tidak dapat berbicara pada Jumat (12/8/2022) malam setelah insiden itu, yang dikutuk oleh penulis dan politisi di seluruh dunia sebagai serangan terhadap kebebasan berekspresi.