Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Luar Negeri Iran menegaskan, bahwa Salman Rushdie dan para pendukungnya menjadi satu-satunya pihak yang harus disalahkan dalam serangan pada Jumat (12/8/2022).
Rushdie berangsur pulih usai ditikam berkali-kali saat berpidato di Negara Bagian New York.
Kebebasan berbicara tidak membenarkan pelecehan agama oleh Rushdie dalam tulisan-tulisannya, kata juru bicara kemenlu, Nasser Kanaani, saat konferensi pers, Senin (15/2022).
"Selama serangan terhadap Rushdie, kami tidak menganggap siapa pun kecuali diri dia sendiri dan pendukungnya yang layak untuk disalahkan, dicela dan dikecam...Tidak ada yang berhak untuk menuduh Iran dalam hal ini," kata Kaanani.
Dia mengaku, bahwa Iran tidak memiliki informasi lain mengenai penyerangan terhadap Rushdie kecuali dari apa yang muncul di media.
Rushdie, novelis keturunan India, dijadikan sayembara untuk dibunuh sejak ia merilis novel berjudul 'The Satanic Verses' (Ayat-Ayat Setan) pada 1988, yang dianggap sejumlah muslim mengandung penistaan.
Baca Juga
Pada 1989, mendiang Pemimpin Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa, yang menyerukan umat Islam agar membunuh Rushdie serta siapa pun yang terlibat dalam publikasi novel tersebut.
Sembilan tahun berselang, pemerintah Iran lantas mengatakan tidak akan lagi mendukung fatwa tersebut dan Rushdie muncul relatif lebih bebas di depan umum dalam beberapa tahun terakhir.