Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pejabat tinggi Amerika Serikat dikabarkan sedang mempersiapkan kemungkinan serangan militer terhadap Iran dalam beberapa hari ke depan.
Langkah ini menandai potensi keterlibatan langsung Washington dalam konflik bersenjata dengan Teheran, menyusul eskalasi yang terus memburuk antara Iran dan Israel sejak sepekan terakhir.
Dikutip melalui Bloomberg, sumber internal yang mengetahui diskusi tersebut menyebutkan bahwa rencana penyerangan bisa dilakukan pada akhir pekan ini, meskipun situasi masih sangat dinamis dan bisa berubah sewaktu-waktu.
Seorang pejabat bahkan mengatakan bahwa beberapa lembaga federal utama telah mulai menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan operasi militer.
Presiden AS Donald Trump, yang kembali menjabat sejak awal tahun ini, mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia telah memiliki gagasan tentang apa yang akan dilakukan, tetapi seringkali menambahkan bahwa dirinya lebih suka membuat keputusan akhir satu detik sebelum waktunya.
"Saya mungkin akan melakukannya, mungkin juga tidak,” saat ditanya apakah ia semakin condong untuk menyerang Iran, dikutip Kamis (19/6/2025)
Baca Juga
Pejabat Gedung Putih menegaskan bahwa semua opsi masih terbuka, meskipun retorika presiden menunjukkan perubahan tajam dibandingkan pernyataannya pekan lalu yang mendorong solusi diplomatik untuk kesepakatan pelucutan senjata nuklir Iran.
Di sisi lain, kabar mengenai persiapan militer AS turut mengguncang pasar keuangan Asia. Indeks saham regional tercatat melemah hingga 0,7% setelah laporan mengenai potensi serangan mulai beredar.
Sementara itu, pergeseran sikap Trump ini terjadi di tengah kekhawatiran yang disuarakan para sekutu AS mengenai kemungkinan Iran sedang mendekati titik kritis dalam pengembangan senjata nuklir. Senator Lindsey Graham menjadi salah satu tokoh yang paling vokal mendorong Trump untuk mempertimbangkan opsi militer.
“Dia telah memberikan kesempatan untuk diplomasi. Saya pikir Iran membuat kesalahan perhitungan. Semakin cepat kita mengakhiri ancaman terhadap umat manusia ini, semakin baik," kata Graham pada Rabu (18/6/2025).
Graham menyatakan bahwa dirinya telah berbicara dengan Trump pada Selasa (17/6) malam, dan menggambarkan presiden sebagai tokoh yang sangat fokus dan sangat tenang, serta serius dengan pernyataannya bahwa Iran tidak boleh menguasai senjata nuklir.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa Teheran tetap berkomitmen pada diplomasi dan tidak pernah berambisi memiliki senjata nuklir. Pernyataan ini disampaikan di media sosial, beberapa jam sebelum komentar terbaru Trump.
Diplomasi masih memiliki ruang, setidaknya secara formal. Menlu Inggris, Prancis, dan Jerman dijadwalkan bertemu dengan Araghchi di Jenewa pada Jumat untuk kembali membahas masa depan perjanjian nuklir Iran.
Di medan pertempuran, konflik antara Israel dan Iran semakin brutal. Sejak Israel memulai gelombang serangan udara, Iran membalas dengan meluncurkan sekitar 400 rudal balistik dan ratusan drone, menewaskan sedikitnya 24 warga Israel dan melukai lebih dari 800 orang. Sebaliknya, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 224 warga Iran.
Fokus serangan Israel kini bergeser ke wilayah Arak-Khondab, pusat dari fasilitas nuklir Iran, termasuk reaktor air berat Arak yang selama ini menjadi perhatian utama komunitas internasional terkait kemungkinan produksi plutonium.
Militer Israel telah mengeluarkan peringatan dalam bahasa Farsi agar warga sipil Iran segera meninggalkan wilayah tersebut. “Kehadiran Anda di wilayah ini membahayakan nyawa Anda,” bunyi peringatan yang disebarluaskan lewat media sosial, seiring indikasi serangan udara lebih lanjut.
Dalam komunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump menyatakan dukungannya terhadap operasi militer Israel, meskipun ia tidak memberikan sinyal bahwa pasukan AS akan terlibat langsung dalam serangan tersebut.
Meski selama bertahun-tahun Trump menyerukan agar AS menjauh dari perang luar negeri, krisis kali ini tampaknya menjadi ujian besar bagi pendekatan politik luar negerinya—antara menjaga prinsip non-intervensi dan mencegah musuh tradisional memiliki senjata pemusnah massal.