Bisnis.com, JAKARTA – Buah-buahan tropis menjadi bagian pembahasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat mengunjungi Jepang dan China dalam lawatannya ke tiga negara di Asia Timur.
Buah-buahan kian menjadi harta karun RI yang diperebutkan asing tak lagi terbatas seperti emas, minyak, atau batu bara, dalam kunjungan Jokowi ke Jepang dan China.
Jokowi aktif agar Indonesia dapat mengekspor buah nanas ke China dan Jepang seiring dengan ditandatanganinya kesepakatan protokol ekspor nanas.
Dikutip melalui Youtube Sekretariat Presiden, secara khusus Jokowi meminta agar Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio dapat memberikan dukungan penurunan tarif untuk beberapa produk antara lain tuna, pisang dan nanas, serta akses pasar untuk produk mangga.
"Secara khusus saya meminta agar Jepang dapat memberikan dukungan penurunan tarif untuk beberapa produk antara lain tuna, pisang, nanas dan akses pasar untuk produk-produk mangga," ujarnya, Rabu (27/7/2022).
Berdasarkan keterangan pers kedua negara, ekspor buah nanas dari Indonesia ke Jepang dibahas dalam pernyataan bilateral, di mana saat ini sudah tidak ada kuota ekspor nanas dan dikenakan bea masuk (BM) sebesar 10 persen—20 persen.
Baca Juga
Namun, untuk mendapatkan pembebasan BM (BM= 0 persen) terdapat persyaratan berat maksimal 900 gram per buah, dengan kuota maksimal sebesar 500 ton per tahun.
“Diharapkan, Pemerintah Jepang dapat mengubah persyaratan menjadi maksimal 2 kg per buah, dengan kuota 2.000 ton per tahun,” tulis pernyataan tersebut.
Lebih lanjut, Minister of Agriculture, Forestry & Fisheris (MAFF) Jepang sangat memahami permasalahan ekspor ikan tuna kaleng, dan buah (pisang dan nanas). Namun demikian diperlukan pembahasan lebih lanjut di tingkat teknis.
Sementara itu, salah satu kesepakatan penting yang disetujui Jokowi dan Presiden China Xi Jinping juga membahas ekspor nanas segar RI ke Beijing. Nanas lokal yang selama ini menjadi buah andalan ekspor ke Amerika Serikat (AS) kini akan mengalir ke pasar Beijing.
Peran nanas dalam kesepakatan ekonomi China dan Indonesia tercermin dalam pernyataan peres bilateral kedua negara. Secara khusus, nanas disebut dalam pernyataan bilateral saat Jokowi dan Xi Jinping bertemu, Selasa (26/7/2022).
"Selama kunjungan, kedua negara menandatangani dokumen kerja sama di bidang pengembangan dan penelitian vaksin, pengembangan ekonomi hijau, penguatan informasi bea cukai, peningkatan capacity building di bidang keamanan cyber, kelautan, dan importasi nanas Indonesia," tulis pernyataan tersebut.
Sebagai informasi, produksi nanas Indonesia beberapa tahun terakhir meningkat.
Pada 2021 produksi total produksi nanas Indonesia sebesar 2. 886.417 ton. Pada 2020 produksi nanas di Indonesia mencapai 2.447,24 ribu ton.
Produksi ini meningkat 11,42 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 2.196,46 ribu ton.
Provinsi dengan produksi nanas terbesar yaitu Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Lampung berkontribusi sebesar 27,07 persen terhadap produksi nasional. Tanaman yang menghasilkan di Lampung sebanyak 219,66 juta rumpun dengan produksi mencapai 662,59 ribu ton.
Tingginya produksi nanas di Indonesia diikuti dengan meningkatnya nilai ekspor. Nilai ekspor nanas Indonesia beberapa tahun terakhir menunjukkan tren peningkatan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020, nilai ekspor nanas di Indonesia mencapai US$274,126 juta. Angka ini meningkat 34,49 persen jika dibadingkan 2019 yang hanya sebesar US$203,819 juta.
Tingginya ekspor nanas ini diduga karena adanya pandemi Covid-19 yang membuat orang-orang lebih memperhatikan gaya hidupnya, salah satunya dengan mengonsumsi makanan-makanan bergizi.