Bisnis.com, JAKARTA - Embargo impor minyak dari Rusia akhir disepakati oleh Uni Eropa (UE) setelah menghadapi perlawanan keras dari Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban.
Dalam rapat yang dilaksanakan selama berminggu-minggu ini, Orban terus melakukan diskusi terkait tawar menawar atas usulan embargo tersebut. Sampai akhirnya, kesepakatan diambil secara kompromi untuk membebaskan pengiriman lewat pipa yang sebelumnya dilarang.
"Tidak ada kompromi [untuk mendukung embargo] untuk saat ini sama sekali," kata Orban dilansir dari Channelnewsasia. Pasalnya, Hongaria sangat bergantung dengan pasokan minyak Rusia.
Melansir dari Britannica, Selasa (31/5/2022) Viktor Orban merupakan Perdana Menteri Hongaria periode 1998-2002, dan terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Hongaria pada 2010 sampai sekarang. Orban menerima gelar sarjana hukum dari Universitas Budapest pada 1987.
Orban juga menjadi anggota pendiri Federasi Demokrat Muda antikomunis (Fidesz). Pada 1989 dia menerima beasiswa dari Soros Foundation untuk belajar filsafat politik di Universitas Oxford.
Lebih lanjut, Orban juga dikabarkan memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Hal itu terbukti dengan dukungan Hongaria terhadap Rusia terkait sanksi paket keenam soal embargo minyak.
Baca Juga
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam pidato Hari Kemerdekaan Hongaria. Dia mengatakan jika Hongaria harus mempertahankan harga energi yang terjangkau dari impor gas dari Rusia dan berhenti untuk mengutuk apa yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina.
Pernyataan yang dilayangkan Orban mendapat respons berbeda dari sejawatnya, Ketua Partai Rakyat Eropa (EPP) Donald Tusk. Tusk mengkritik Orban atas tindakannya dan sikap pro-Rusia Vladimir Putin sebagai pengkhianatan terhadap Eropa.