Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Xi Jinping Tolak Ajakan Pertemuan dari Biden

Joe Biden mendorong diadakannya pertemuan antara dirinya dan Xi Jinping dalam beberapa bulan mendatang.
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada tahun 2011./Antararnrn
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada tahun 2011./Antararnrn

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Joe Biden meminta pertemuan tatap muka dengan Presiden China Xi Jinping dalam percakapan telepon pada pekan lalu. Namun, Xi menolaknya karena tidak ingin meninggalkan negara akibat pandemi Covid-19.

Dilansir Bloomberg, Rabu (15/9/2021), menurut sumber anonim, Biden mendorong diadakannya pertemuan antara kedua kepala negara dalam beberapa bulan mendatang. Tawaran pertemuan dilaporkan sebelumnya oleh Financial Times.

Xi diketahui tidak pernah meninggalkan China dalam 600 hari terakhir, periode terpanjang bagi seorang kepala negara dari G20.

Namun, dia menghadiri sejumlah pertemuan virtual, seperti BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Kemungkinan besar Xi juga tidak akan hadir pada pertemuan Majelis Umum PBB di New York pada pekan depan, meski presiden China jarang tampil dalam pertemuan tersebut.

Hingga saat ini, Gedung Putih belum memberikan respons apapun. Pada Jumat (10/9/2021), percakapan telepon antara Biden dan Xi berlangsung selama 90 menit. Sambungan telepon tersebut merupakan diskusi yang pertama sejak Februari.

Berdasarkan pernyataan Gedung Putih, Biden mendesaak Xi untuk bersepakat dengan sejumlah isu penting, meskipun tidak salaing setuju dalam topik lain. Namun, penawaran pertemuan oleh AS tidak disampaikan oleh Gedung Putih saat itu.

AS telah berusaha untuk memisahkan isu seperti perubahan iklim dengan masalah yang lebih kontroversial bagi keduanya seperti perdagangan, hak asasi manusia dan demokrasi di sejumlah tempat seperti Hong Kong. Sementara itu, Beijing bersikeras bahwa isu-isu tersebut tidak boleh dipisahkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper