Bisnis.com, JAKARTA – Taliban memberikan aturan bahwa mereka tidak akan mewajibkan burqa bagi perempuan pada Selasa (18/8/2021). Aturan ini berbeda saat terakhir kali Taliban memerintah Afghanistan dua dekade silam.
Di bawah aturan garis keras militan pada periode 1996-2001, Taliban memberikan aturan bahwa sekolah perempuan ditutup, perempuan dilarang bepergian dan bekerja, dan perempuan dipaksa mengenakan burqa yang menutupi semua bagian tubuhnya di depan umum.
"Burka bukan satu-satunya jilbab yang [dapat] diamati, ada berbagai jenis jilbab tidak terbatas pada burqa," kata juru bicara kantor politik Suhail Shaheen di Doha seperti dilansir dari kepada Sky News, Rabu (18/8/2021).
Burqa merupakan pakaian dalam satu potong yang menutupi seluruh kepala dan tubuh, dengan panel jala yang tembus dan dapat digunakan untuk melihat.
Melansir dari NDTV, Rabu (18/8/2021), Shaheen tidak merinci jenis jilbab lain yang dianggap dapat diterima oleh pemerintahan Taliban.
Di samping keprihatinan yang berpusat pada pakaian, banyak negara dan kelompok hak asasi telah meningkatkan alarm untuk nasib pendidikan perempuan di Afghanistan sekarang berada di tangan militan garis keras yang memasuki ibu kota Kabul pada Minggu (15/8/2021).
Baca Juga
Namun, Shaheen juga berusaha memberikan kepastian tentang hal tersebut. Shaheen mengatakan perempuan bisa mendapatkan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
“[Perempuan] bisa mendapatkan pendidikan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, itu artinya universitas. Kami telah mengumumkan kebijakan ini di konferensi internasional, konferensi Moskow dan di sini di konferensi Doha [tentang Afghanistan]," kata Shaheen.
Sebelumnya, pemerintah Taliban memberlakukan prinsip syariah yang sangat ketat. Bahkan, pemerintah juga membentuk polisi agama untuk menekan kejahatan.
Pengadilan Taliban juga memberikan hukuman ekstrim termasuk memenggal tangan pencuri dan rajam sampai mati wanita yang dituduh berzina.