Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Haiti Jovenel Moïse tewas dan istrinya terluka dalam serangan di rumah mereka di ibu kota negara, Port-au-Prince.
Kelompok bersenjata tak dikenal menyerbu rumahnya pada pukul 01:00 waktu setempat (05:00 GMT), kata PM sementara Claude Joseph. Dia meminta masyarakat untuk tenang dan menyatakan keadaan darurat secara nasional.
Moïse memimpin Haiti sejak 2017 sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Akan tetapi pemerintahan negara itu terus menghadapi protes luas yang menuntut pengunduran dirinya. Pemerintahan negara itu sering mengalami kudeta, ketidakstabilan politik dan kekerasan geng yang meluas.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan berduka atas kematian Moïse dan menyebut pembunuhan itu 'tindakan menjijikkan'. Dia pun meminta rakyat negara itu untuk bersabar.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Haiti atas "Pembunuhan yang mengerikan" seperti dikutip BBC.com, Kamis (8/7/2021).
Ibu Negara Martine Moïse dilaporkan telah tiba dengan pesawat di Fort Lauderdale, Florida selatan, untuk menjalani perawatan. Akan tetapi tidak ada kata resmi tentang kondisinya.
Baca Juga
Berdasarkan informasi PM sementara Claude Josep, para penyerang merupakan 'orang asing yang berbicara bahasa Inggris dan Spanyol'. Adapun, bahasa resmi Haiti adalah Kreol dan Prancis.
Beberapa laporan menyebutkan tentang pria berpakaian hitam yang membawa senjata canggih yang mungkin berpura-pura menjadi bagian dari operasi pemberantasan narkoba AS, meskipun tidak ada rincian resmi yang diberikan.
Duta Besar Haiti untuk AS, Bocchit Edmond, mengatakan tidak mungkin agen narkoba AS melakukan serangan itu. Dia percaya itu adalah pekerjaan 'tentara bayaran profesiona'.