Bisnis.com, BANGKOK - Militer Myanmar dilaporkan melakukan serangan terhadap kelompok milisi di negeri itu.
Pasukan militer Myanmar menggunakan artileri dan helikopter dalam serangan udara yang mereka lancarkan, Senin (31/5/2021).
Serangan terhadap milisi antijunta milter Myanmar itu berlangsung di timur negara yang sedang kalut tersebut.
Saksi dan pihak milisi menyebutkan serangan udara itu memaksa penduduk melarikan diri. Mereka bergabung dengan ribuan lainnya yang mengungsi akibat pertempuran baru-baru ini di wilayah tersebut.
Penduduk negara bagian Kayah yang berbatasan dengan Thailand mengatakan militer menembakkan artileri dari posisi di dalam ibu kota negara bagian Loikaw ke Demoso, sekitar 14,5 km (9 mil) jauhnya.
Pasukan Pertahanan Rakyat mengatakan telah menyerang pasukan militer Myanmar dan diserang balik dengan tembakan hebat.
Militer Myanmar berjuang di berbagai sektor dan berusaha keras menegakkan ketertiban sejak kudeta 1 Februari terhadap Aung San Suu Kyi dan pemerintah terpilihnya. Kudeta itu memicu protes dan pemogokan nasional.
Konflik puluhan tahun antara militer dan tentara etnis minoritas juga muncul kembali. Sementara milisi yang bersekutu dengan pemerintah bayangan telah meningkatkan serangan terhadap tentara. Hal itu direspons pihak militer dengan serangan senjata berat dan serangan udara.
"Meriam mereka juga terlihat oleh kami. Saya bisa melihat tembakan artileri mereka di langit. Hampir 50 kali. Suara artileri memekakkan telinga kami," kata seorang penduduk Loikaw, yang meminta tidak disebutkan namanya karena masalah keamanan, kepada Reuters.
Di halaman Facebook, Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni, milisi yang aktif di seluruh negara bagian Kayah, mengatakan terlibat dalam bentrokan dengan militer. Disebutkan bahwa militer Myanmar mengerahkan dua helikopter tempur untuk melakukan serangan udara pada Senin malam.
Reuters tidak dapat menghubungi pasukan pertahanan, dan juru bicara dewan militer yang berkuasa tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.
Pertempuran di negara bagian Kayah membuat sekitar 37.000 orang mengungsi di tenggara Myanmar dalam beberapa pekan terakhir, menurut PBB.
Banyak yang melarikan diri ke hutan dan membutuhkan makanan dan obat-obatan.
Pasukan sipil, banyak dengan senapan sederhana dan pelatihan terbatas, telah dibentuk di beberapa kota dan wilayah Myanmar untuk menantang militer.
Kelompok sipil ini mendukung Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang dinilai junta sebagai pengkhianatan.
Junta telah menetapkan NUG dan Angkatan Pertahanan Rakyat sebagai kelompok teroris, label yang telah digunakannya untuk banyak kelompok pro-demokrasi.
Lebih dari 800 warga sipil tewas sejak kudeta, menurut angka yang dikutip PBB.
Pemimpin Junta Militer Myanmar Min Aung Hlaing mengungkapkan jumlah korban mendekati 300. Ia mengatakan tidak mungkin akan ada perang saudara di Myanmar.
Pada Senin malam, pasukan pertahanan kota Demoso mengatakan di halaman Facebooknya bahwa semua pasukan telah tewas dan satu korban jatuh. Reuters tidak dapat memverifikasi informasi secara independen.
Seorang warga Demoso, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan banyak penduduk kota yang melarikan diri dari pemboman tersebut.
“Semua warga sudah pergi ke hutan,” kata warga itu.