Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Junta Myanmar Mulai Program Sensus, Pengamat Khawatirkan Warga Sipil

Junta militer Myanmar mengumumkan bahwa program sensus percontohan di 20 kota telah dimulai, Liga Nasional untuk Demokras, nld
Pengunjuk rasa saat melakukan aksinya di Yangon, Myanmar, 10 Februari 2021./Bloomberg/AFP/Getty Images-Sai Aung Main
Pengunjuk rasa saat melakukan aksinya di Yangon, Myanmar, 10 Februari 2021./Bloomberg/AFP/Getty Images-Sai Aung Main

Bisnis.com, JAKARTA - Junta militer Myanmar mengumumkan bahwa program sensus percontohan di 20 kota telah dimulai, sebuah langkah yang menurut para pengamat akan digunakan untuk meningkatkan pengawasan terhadap lawan terutama dari kalangan warga sipil.

Sebagaimana diketahui, kudeta oleh militer terjadi di Myanmar pada 2021 dengan klaim bahwa  pemilu tahun 2020 yang dimenangkan telak oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi telah diwarnai kecurangan.

Pejabat Junta mengatakan sensus nasional harus diselesaikan sebelum pemilihan umum berikutnya, yang kemungkinan akan dilaksanakan pada 2025 mendatang.

“Kami akan melakukan [sensus] mulai 1 hingga 15 Oktober 2023, di 20 kota yang dipilih di Naypyidaw dan negara bagian serta wilayah lainnya. Kota-kota itu akan menjadi sampel,” kata pernyataan itu, dikutip dari CNA pada Senin (2/10/2023).

Media pemerintah melaporkan uji coba tersebut dimulai di wilayah Karen, Bago, dan Mandalay. Belum ada konfirmasi dari pihak militer mengenai uji coba di daerah-daerah tersebut, di mana baru-baru masih terjadi gesekan antara junta dan lawan-lawannya.

Pengamat mengatakan junta akan menggunakan sensus tersebut untuk meningkatkan pengintaian terhadap penentang kudeta, termasuk ribuan pegawai negeri, dokter, dan guru yang belum kembali bekerja sebagai bentuk protes.

Negara di Asia Tenggara ini masih terpecah akibat konflik, di mana warga sipil hampir setiap hari terjebak dalam ledakan bom dan pertempuran, kendati junta mengakui bahwa mereka tidak sepenuhnya menguasai wilayah tertentu.

Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), lebih dari 1,6 juta orang saat ini juga mengungsi akibat kekerasan yang melanda Myanmar sejak kudeta.

Sementara itu, Amerika Serikat mengatakan segala bentuk pemilu di bawah junta akan menjadi sebuah "kepalsuan", sedangkan para analis mengatakan pemilu akan menjadi sasaran lawan militer dan memicu pertumpahan darah lebih lanjut.

Di sisi lain, Rusia mengatakan akan mendukung rencana para jenderal untuk mengadakan pemilu, selagi menandatangani sebuah memorandum mengenai “kerja sama dalam kegiatan pemilu” dengan Myanmar bulan lalu.

Meskipun tidak disebutkan dalam pernyataan tersebut, Myanmar menyatakan kerja sama itu dimaksudkan untuk peluncuran sistem identifikasi elektronik, untuk mengumpulkan data biografi dan data biometrik warga berusia 10 tahun ke atas.

Para menteri Myanmar meminta bantuan China selaku sekutu utama, pemasok senjata, dan operator jaringan pengawasan internal untuk melaksanakan program tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper