Bisnis.com, JAKARTA - Pakar menilai posisi Asean saat ini akan sulit untuk bisa mengatasi dan menyelesaikan konflik yang terjadi di Myanmar.
Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Hestutomo Restu Kuncoro menyatakan posisi Asean akan sulit karena di dalam Asean menganut prinsip non-interference.
"Posisi Asean sendiri sebenarnya sulit. Sebab di dalam Asean itu ada yang namanya prinsip non-interference, yang berarti negara anggota Asean tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri anggota lain," katanya, saat ditanyai Bisnis, Jumat (22/9/2023).
Menurutnya, dengan adanya prinsip tersebut, tindakan-tindakan Asean yang sifatnya terkait kondisi domestik suatu negara merupakan hal yang notabene tabu.
Selain itu, dia mengatakan Asean selama ini juga menjunjung tinggi prinsip konsensus, bahkan dalam pembuatan agenda.
"Sehingga, ketika satu negara tidak mau membahas isu tertentu, maka negara lain tidak bisa memaksa," ucapnya.
Baca Juga
Hestutomo memberikan pengibaratan, misalnya di saat Asean ingin membahas masalah kemanusiaan di Myanmar dalam forum Asean, dan Myanmar menolak, maka masalah itu tidak bisa dibahas.
"Asean hanya bisa efektif, kalau memang Myanmar mau diajak berbicara bersama. Kalau tidak mau ya akan susah," tambahnya.
Seperti diketahui, para pemimpin Asean me-review implementasi dari 5 Poin Concensuss (5PC) dalam KTT ke-43 Asean di Jakarta.
Akan tetapi, para pemimpin Asean menyimpulkan bahwa belum ada kemajuan yang signifikan dalam implementasi 5PC untuk menyelesaikan konflik Myanmar.
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menekankan bahwa semua pihak benar-benar memahami bahwa situasi di Myanmar tidak bisa berubah dalam satu tahun.