Bisnis.com, JAKARTA - Israel berencana melakukan vaksinasi Covid-19 secara massal mulai pekan depan.
Sementara itu, di sisi lain, jutaan warga Palestina masih harus menunggu tanpa kepastian terkait dengan pengadaan vaksin.
Vaksinasi virus Corona skala besar di Israel dilakukan setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkali-kali menghubungi langsung Kepala Eksekutif Pfizer Albert Bourla.
Dari pembicaraan tersebut, Israel mencapai kesepakatan dengan Pfizer untuk memasok 8 juta dosis vaksin. Jumlah ini cukup untuk hampir setengah dari populasi Israel yang berjumlah 9 juta karena setiap orang membutuhkan dua dosis.
Sementara bagi warga Palestina, mereka harus bersabar lantaran pemerintah Palestina kekurangan uang. Palestina kini hanya berharap bisa mendapatkan vaksin COVAX, vaksin yang tersedia lewat kerja sama antara WHO dan organisasi kemanusiaan.
Program COVAX bertujuan untuk menyediakan vaksin gratis bagi hingga 20 persen populasi negara miskin yang dilanda pandemi sangat parah. Namun program tersebut hanya mendapatkan sebagian kecil dari 2 miliar dosis yang diharapkan dapat dibeli tahun depan.
Baca Juga
Kondisi faktor penunjang vaksinasi Covid-19 antara Israel dan Palestina pun amat bertolakbelakang. Israel memiliki unit vaksinasi bergerak dengan lemari es yang dapat menyimpan suntikan Pfizer pada suhu minus 70 derajat Celcius. Sedangkan Palestina hanya hanya memiliki satu unit pendingin di kota oasis Jericho yang mampu menyimpan vaksin Pfizer.
Wakil Menteri Kesehatan Israel Yoav Kisch mengatakan pemerintah mempertimbangkan memberi vaksin kepada warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza. Namun jika vaksin yang dimiliki Israel berlebih.
Ali Abed Rabbo, seorang pejabat senior kesehatan Palestina, mengatakan pemerintah sedang dalam pembicaraan dengan Pfizer dan Moderna serta AstraZeneca dan pembuat vaksin Rusia. Namun pemerintah belum menandatangani perjanjian apa pun di luar program COVAX.
Pemerintah Palestina berharap untuk memvaksinasi 20 persen populasi melalui COVAX, dimulai dengan petugas kesehatan, katanya. “Sisanya tergantung pembelian Palestina dari pasokan global, dan kami bekerja sama dengan beberapa perusahaan,” katanya dikutip dari Arab News dan Tempo, Kamis (17/12/2020).