Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden akan divaksinasi untuk menghindarinya dari infeksi Virus Corona sesegera mungkin, karena alasan keamanan, ujar pakar kesehatan masyarakat AS, Anthony Fauci setelah kandidat vaksin kedua yang dibuat oleh Moderna mendapat persetujuan dari Badan Obat dan Pangan Nasional (FDA).
Hanya saja, Fauci tidak memerinci keterangannya terkait rencana vaksinasi untuk sang presiden terpilh yang baru akan dilantik pada 20 Januari tahun depan.
Vaksinasi terhadap seorang presiden akan meningkatkan kepercayaan publik karena masih ada sebagian warga AS meragukan upaya tersebut. Sebelumnya sejumlah mantan pesiden termasuk Bill Clinton mendaftar untuk divaksin.
Vaksin Covid-19 buatan Pfizer mulai diberikan ke populasi prioritas tinggi di seluruh AS setelah virus terus meningkat di seluruh wilayah negara tersebut.
Jumlah kasus di AS mencapai 193.454 dan 1.311 kematian per hari, menurut Universitas Johns Hopkins. Rata-rata pergerakan tujuh hari untuk kasus baru harian mencapai lebih dari 209.000, atau lebih dari setiap satu menit.
Korban tewas AS telah melampaui 300.000 orang dan jumlah orang Amerika Serikat yang dirawat di rumah sakit terus meningkat hingga rekor 110.549, menurut Proyek Pelacakan Covid.
Ron Klain, kepala staf kepresidenaan presiden terpilih Joe Biden, mengatakan kepada MSNBC: “Kami masih di tengah-tengah musim dingin yang sangat, sangat, sangat gelap. Mungkin ada puluhan ribu kematian tersisa sebelum akhir tahun dan lebih banyak kematian setelah itu. ”
Akan tetapi dimulainya kampanye vaksinasi besar-besaran telah memberikan secercah harapan. Dosis pertama dari Pfizer dan BioNTech diberikan pada populasi prioritas tinggi pada Senin.
Pada acara jumpa pers, Menteri Kesehatan Alex Azar mengatakan 636 situs vaksinasi akan menerima dosis pada hari ini, sedangkan 581 lagi menyusul pada akhir minggu seperti dikutip TheGuardian.com, Rabu (16/12/2020).
Peluncuran pertama vaksin Pfizer akan menghasilkan total 2,9 juta vaksinasi, kata Azar.
Mereka yang pertama menerima suntikan sebagian besar adalah petugas kesehatan dengan prioritas tinggi. Sandra Lindsay, seorang perawat di Pusat Medis Yahudi Long Island di New York, diberikan suntikan pertama di depan umum pada Senin.
"Saya berharap ini menandai awal dari akhir waktu yang sangat menyakitkan dalam sejarah kami," kata Lindsay kepada wartawan.