Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membahas Generalized System of Preference (GSP) dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo dalam pertemuan bilateral di Jakarta, Kamis (29/10/2020).
Dia menilai fasilitas keringanan bea masuk ini akan memperkuat rantai pasokan global dan mempercepat pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Retno mengatakan GSP juga bermanfaat bagi bisnis AS. "Saya kembali menggarisbawahi pentingnya fasilitas GSP, yang tidak hanya membawa manfaat bagi Indonesia tetapi juga bagi bisnis AS," kata Retno dalam keterangan pers bersama secara virtual usai pertemuan bilateral.
Dalam pertemuan tersebut, Retno dan Pompeo sepakat memperkuat kerja sama ekonomi. Menlu RI juga meminta AS memperbanyak investasi, termasuk di pulau-pulau terluar Indonesia, seperti pulau Natuna.
Adapun, GSP telah cukup lama menjadi pembahasan antara Indonesia dengan AS. Awalnya, pada 2018 pemerintah AS mengevaluasi sekitar 124 produk ekspor asal Indonesia, termasuk tekstil, plywood, kapas ,dan beberapa hasil perikanan seperti udang dan kepiting. Hal ini guna menentukan produk yang masih layak menerima fasilitas keringanan bea masuk atau GSP.
Isu GSP ini bahkan sempat menjadi modal AS untuk meyakinkan pemerintah Indonesia melonggarkan aturan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) pada tahun lalu.
Hal ini untuk memudahkan dua perusahaan switching asal Negeri Paman Sam melanjutkan bisnis di Indonesia pascapemberlakuan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).
Kemudian, jelang tutup tahun 2019 lima produk ekspor Indonesia mendapatkan kembali fasilitas GSP dari AS.
Dalam laman resmi United States Trade Representative (USTR) https://ustr.gov disebutkan kelima produk tersebut adalah plywood bambu laminasi (HS 44121005); plywood kayu tipis kurang dari 66 mm (HS 44123141155); bawang bombai kering (HS 09082220); sirup gula, madu buatan, dan karamel (HS 17029052); serta barang rotan khusus untuk kerajinan tangan (HS 46021223).