Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Sejumlah Catatan Kritis BPOM soal Obat Covid-19 dari Unair

Salah satu temuan BPOM adalah dalam uji klinis obat kombinasi hasil riset tim Unair itu diberikan kepada orang tanpa gejala.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito memberikan sambutan saat acara Pembekalan Finalis Puteri Indonesia 2020 Sebagai Duta Kosmetik Aman di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito memberikan sambutan saat acara Pembekalan Finalis Puteri Indonesia 2020 Sebagai Duta Kosmetik Aman di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan beberapa kesalahan dalam uji klinis kombinasi obat Covid-19 Universitas Airlangga atau Unair.

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Lukito, dalam konferensi pers, Rabu (19/8/2020).

“Kami menemukan beberapa gap, ada temuan-temuan yang sifatnya kritikal, major, minor,” kata Penny.

Sebelumnya, Unair mencoba mengembangkan kombinasi obat dengan sponsor TNI AD dan Badan Intelijen Negara atau BIN. 

Berikut ini sejumlah catatan yang diberikan BPOM terkait hasil riset yang menjadi perhatian publik dalam beberapa hari terakhir ini:

Subjek Penelitian Tak Sesuai Protokol

Penny mengatakan, dari inspeksi pada 28 Juli 2020 itu, BPOM menemukan bahwa temuan kritikal ini akan berdampak pada validitas proses uji klinis dan validitas hasil yang didapat.

Temuan kritis yang pertama terkait pengacakan atau randomisasi. Penny mengatakan bahwa subjek penelitian kombinasi obat ini belum merepresentasikan keberagaman yang sesuai protokol. Misalnya, demografi dan derajat keparahan.

Uji Coba Obat Diberikan ke Orang Tanpa Gejala

Penny mengatakan bahwa kombinasi obat ini diberikan kepada orang tanpa gejala. Padahal, sesuai protokol, OTG tidak perlu diberikan obat.

“Kita harus mengarah pada penyakit ringan, sedang, dan berat dengan keterpilihan masing-masing, representasi masing-masing harus ada,” ujarnya.

Tidak Berbeda dengan Terapi Standar 

Temuan lainnya, riset Unair yang bekerja sama dengan BIN dan TNI AD itu belum menunjukkan perbedaan siginifikan berbeda dengan terapi standar.

Dengan demikian, aspek efikasi (kemampuan obat menghasilkan efek) perlu ditindak lanjut lebih jauh.

Perlu Ada Catatan Efek Samping

Selain itu, karena kombinasi obat Covid-19 ini merupakan obat keras, Penny menilai penting untuk melihat dampak pemberian dosis yang dirancang dalam riset.

“Dikaitkan dengan side effect, resistensi terhadap antiviral. Sehingga betul-betul ketaatan pada aspek validitas dari hasil riset ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper