Bisnis.com, JAKARTA – Kawanan belalang yang menyebar di penjuru Pakistan menjadi ancaman lebih besar bagi ekonomi negara ini ketimbang pandemi virus Corona (Covid-19).
Menurut Direktur Jenderal Perlindungan Tanaman di Kementerian Keamanan dan Riset Pangan Falak Naz, invasi belalang kini telah berdampak pada lahan seluas 57 juta hektar di Pakistan. Sementara itu, negara Asia Selatan ini diketahui memiliki total luas lahan tanaman sebesar 23 juta hektar.
“Kendati tidak semua lahan yang diserang saat ini adalah lahan tanaman, serangga itu bergerak dengan cepat,” ungkap Naz, seperti diberitakan Bloomberg, Selasa (9/6/2020).
Pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam perekonomian negara ini, dengan kontribusi sekitar 20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), dan memberi mata pencaharian bagi separuh dari tenaga kerjanya.
Dihadapkan dengan kerugian yang menghancurkan, pihak otoritas kini didesak untuk mengalihkan dana guna membantu memerangi kawanan belalang alih-alih melawan virus Corona.
“Ini adalah masalah yang lebih besar untuk Pakistan ketimbang virus Corona,” terang Penasihat Federasi Kamar Dagang dan Industri Pakistan, Ahmad Jawad.
Baca Juga
“Kalian dapat menyelamatkan diri dari virus Corona dengan menjaga jarak sosial (social distancing), tetapi tidak ada jalan keluar dari krisis kelaparan jika kawanan belalang menyerang,” lanjutnya.
Berbagai jenis tanaman mulai dari gandum, kacang-kacangan, hingga mangga sudah rusak. Tanaman kapas dipandang sebagai yang paling rentan terhadap serangan hama.
Mengingat produk-produk berbahan dasar kapas berkontribusi sekitar separuh dari ekspor Pakistan, kerusakan ini akan lebih lanjut memperburuk prospek ekonomi yang diproyeksi akan terkontraksi untuk pertama kalinya dalam 68 tahun.
Tahun lalu, Pakistan juga mengalami serangan belalang yang datang dari Iran. Tapi serangan kawanan belalang tahun ini adalah yang paling parah dalam tiga dekade.
Kawanan belalang datang secara tidak teratur di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan, biasanya pada periode kekeringan yang diikuti oleh hujan lebat.
Ancaman ini muncul tepat ketika Pakistan melangkah keluar dari lockdown yang telah diberlakukan untuk menahan pandemi Covid-19. Otoritas kini harus meningkatkan dukungan untuk sektor pertanian.
Kepala Menteri Provinsi Sindh, wilayah penghasil tanaman terbesar kedua di Pakistan, Murad Ali Shah, memerintahkan pengucuran dana sebesar 132 juta rupee (US$807.000) yang sebelumnya disimpan oleh pemerintahannya untuk tindakan darurat Corona. Shah juga menyetujui 286 juta rupee untuk membeli bahan-bahan kimia dan 25 kendaraan penyemprot pestisida.
Di Sindh, gerombolan belalang telah merusak gandum, biji-bijian minyak, kacang-kacangan, makanan ternak, dan sayuran di lahan seluas lebih dari 166.701 hektar atau 13,8 persen dari total lahan tanaman di provinsi ini. Tanaman yang juga berisiko adalah kapas, tebu, dan lainnya yang ditanam di lahan seluas lebih dari 1,75 juta hektar.
“Pemerintah menggunakan empat pesawat terbang dan setengah lusin helikopter militer untuk membersihkan tanaman, serta berencana untuk membeli enam pesawat dari Air Tractor Inc.,” tambah Naz.
Para petani biasanya menggunakan metode seperti memukul drum dan memutarkan traktor untuk menakut-nakuti belalang yang bergerak sekitar 90 mil per jam dan memakan apa saja yang mereka lihat.
CEO Arif Habib Commodities Ahsan Mehanti mengatakan serangan kawanan belalang mampu memusnahkan 40 persen tanaman utama di Pakistan.
“Ini ancaman besar. Pestisida harus dibeli untuk sepenuhnya memberantas gerombolan belalang dan menyelamatkan tanaman,” katanya.